perbedaan-aacr2-dan-rda-660x330

Analisis Perbedaan AACR2 dan RDA

Sebagai pustakawan atau mahasiswa ilmu perpustakaan, tentunya memahami AACR2 dan RDA sudah menjadi kebutuhan dan keharusan. Pada jurnal yang berjudul “Analisis Perbedaan AACR2 (Anglo-American Cataloging Rules 2nd Edition) dan RDA (Resources Description and Access)” dibahas secara lengkap terkait dengan Perbedaan AACR2 dan RDA.

A. Pendahuluan

Perpustakaan merupakan sebuah ruangan dari sebuah gedung ataupun yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca (Sulistyo-Basuki, 1991:3).

Perpustakaan dapat juga diartikan sebagai kumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia (Perpustakaan, 2012).

Jadi perpustakaan merupakan lembaga informasi yang berfungsi mengelola, menyimpan dan menyajikan informasi bagi kebutuhan penggunanya. Dalam menyajikan informasi, perpustakaan menyediakan alat telusur informasi yang dinamakan katalog.

Katalog adalah alat telusur yang disediakan oleh perpustakaan. Katalog bisa disusun berdasarkan alfabetis nama pengarang, judul, nama penerbit dan lain-lain. Katalog juga merupakan presentasi ciri-ciri dari sebuah bahan pustaka atau dokumen (misalnya: judul, pengarang, deskripsi fisik, subjek) koleksi perpustakaan yang merupakan wakil ringkas bahan pustaka tersebut yang disusun secara sistematis.

Sesuai perkembangan perpustakaan, ada beberapa bentuk katalog, yaitu

  1. katalog buku,
  2. katalog berkas, merupakan katalog kumpulan kertas,
  3. katalog kartu, yaitu kartu katalog berukuran 7,5 cm x 12,5 cm kemudian kartu katalog dijajarkan dalam laci katalog,
  4. katalog komputer (Online Public Access Catalog), yaitu katalog terbacakan komputer.

Katalog berfungsi sebagai wakil karya dari bahan pustaka yang disusun dengan susunan tertentu. Wakil ini mengarah kepada susunan yang ada di rak.

Dalam penelusuran informasi katalog juga berfungsi sebagai bantuan penemuan informasi yang tepat. Penelusuran dengan menggunakan katalog mengarahkan penelusur menemukan informasi yang tepat.

Jika sistem penelusuran tidak menggunakan katalog, maka penelusuran informasi membutuhkan waktu dalam menemukan informasi yang tepat bagi penelusur. Oleh karena itu, katalog dibutuhkan pada sistem penelusuran informasi.

Dalam hal katalog, perpustakaan memiliki pedoman peraturan yang harus dipatuhi dalam pembuatan katalog. Pedoman ini berlaku secara internasional dirumuskan oleh organisasi perpustakaan internasional.

Pedoman peraturan itu dinamakan AACR2 (Anglo-American Cataloging Rules 2nd Edition).

AACR2 merupakan pedoman pengatalogan dunia perpustakaan yang dirumuskan pada tahun 1967. Pedoman katolog itu disesuaikan dengan berbagai amandemen dengan tujuan penyempurnaan katalog.

AACR2 mempedomani pengatalogan dari jenis bahan pustaka konvensional (koleksi tercetak dan audiovisual). Namun, seiring dengan perkembangan informasi global, pedoman katalog AACR2 tidak mampu mendukung lagi.

Hal ini disebabkan oleh berbagai kekurangan, seperti ketidakmampuan AACR2 menampung informasi (jenis bahan pustaka digital) yang berkembang di masa kini oleh perkembangan perpustakaan dan informasi.

Kekurangan tersebut mendorong organisasi perpustakaan, yakni International Federation Library Asosiasion (IFLA), American Library Asosiasion (ALA) , British Library, dan Library of Congress untuk merancang pedoman pengatalogan baru. Pedoman pengatalogan baru itu disebut dengan RDA (Resources Description and Access).

RDA merupakan pedoman pengatalogan yang dirumuskan untuk menggantikan AACR2 yang tidak mampu menampung perkembangan dunia informasi.

RDA tidak hadir dalam bentuk cetak seperti AACR2 tetapi hadir dengan versi web-based tool. RDA dapat menampung semua jenis bahan pustaka baik itu dalam jenis tercetak maupun digital.

RDA berkonsep pada Functional Requirement Bibliographic Record (FRBR) yang memilki empat konsep dalam mengindentifikasi bahan informasi, yaitu work, relationship, expression, dan item.

Dengan lahirnya RDA dalam dunia perpustakaan, muncul pertanyaan bagaimana perbedaan antara RDA dan AACR2?

Beranjak dari pertanyaan itu dalam makalah ini dibahas tentang perbedaan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perbedaan AACR2 dan RDA.

B. Pembahasan

AACR2 merupakan pedoman pengatalogan yang hadir dalam dunia perpustakaan pada tahun 1967.

AACR2 dalam perkembangannya telah banyak melakukan amandemen-amandemen sesuai perkembangan bahan pustaka, namun di masa sekarang dengan berkembangnya jenis bahan pustaka dan pengaruh teknologi, AACR tidak mampu lagi mengiringi perkembangan tersebut.

Dengan hal tersebut organisasi di bidang perpustakaan merancang pedoman pengatalogan yang mampu menampung perkembangan jenis bahan pustaka. Pedoman yang dihasilkan dinamakan RDA (Resourses Description and Acces).

RDA merupakan pengatalogan yang hadir untuk menggantikan AACR2 yang tidak mampu lagi menampung perkembangan jenis bahan pustaka.

RDA tidak lagi hadir dalam versi cetak seperti AACR2 tetapi dalam versi web-based tool, dengan pedoman pengatalogan baru RDA terdapat beberapa perbedaan dengan AACR2

wide-view-of-library

Perpustakaan Umum Seattle Amerika Serikat

Perpustakaan sudah sewajibnya selalu mengikuti perkembangan zaman dan selalu mengutamakan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Termasuk saat dunia berubah dengan begitu cepatnya dalam hal teknologi.

Dalam kondisi ini perpustakaan tidak boleh tertinggal apalagi menutup diri dan menolak perubahan.

Walaupun harus terus mengikuti kemajuan teknologi, yang harus dicatat tentunya perpustakaan tetap menjaga nilai-nilai penting dalam bidang perpustakaan.

Kemajuan teknologi yang begitu pesat membuat berbagai perpustakaan di negara maju terus lakukan inovasi. Salah satu perpustakaan tersebut yaitu Perpustakaan Umum di Seattle Amerika Serikat.

Saat dibuka pada tahun 2004, perpustakaan umum baru di Seattle, Amerika Serikat, dipublikasikan sebagai model yang mewakili era digital dan semangat warga dalam menyambut milenium baru.

Dikutip dari kompas.com [29/6/2017], Gedung empat lantai itu terhubung dengan tangga berbentuk spiral sehingga orang bisa naik turun melalui tangga yang landai. Desain yang disebut membanggakan itu dibuat oleh Rem Koolhaas dan Joshua Prince-Ramus dari rumah produksi OMA.

itu akan masuk ke katalog kartu dan rekaman kaset.

Namun, setelah lebih dari satu dekade, permintaan terhadap buku yang masih bisa ditemukan di perpustakaan itu tetap kuat.

“Ide bahwa setiap orang akan membaca tulisan di layar belum terbukti benar. Tetap ada tempat untuk buku-buku kuno. Industri penerbitan mengerti soal itu. Hal ini bisa dilihat dari desain berkualitas tinggi perpustakaan tersebut,” ujar Meredith TenHoor, sejarawan arsitektur dan profesor di Pratt Institute School of Architecture.

Desain paling inovatif di perpustakaan itu, menurut TenHoor, yaitu deretan buku yang bukan hanya sebagai sumber informasi, melainkan juga sebagai sumber praktik sosial dan intelektual yang berkembang di seputar dunia bacaan dan penelitian.

Sementara itu, Wakil Presiden Bidang Perencanaan Modal di Perpustakaan Umum New York atau New York Public Library (NYPL) Risa Honig mengatakan, saat itu pihaknya menganggap bahwa buku tidak hanya soal eksistensi arsitektural.

Waktu itu, sekitar 20 persen dari keseluruhan sirkulasi NYPL adalah buku elektronik (e-book).

“Buku menciptakan suatu penampilan dan memberi rasa dalam suatu ruangan. Jadi tidak hanya bagian dari desain, tetapi merupakan hal penting,” kata Honig.

Hal itu bisa dilihat di cabang perpustakan yang baru dibuka di 53rd Street dan yang segera direnovasi di Mid-Manhattan.

da suatu perubahan yang terjadi, yaitu perpustakaan semakin berperan untuk mengakomodasi banyak kegunaan, di antaranya untuk tempat menyimpan dan mengedarkan buku.

Hal itu seperti yang terlihat dari hasil rancangan ulang di Mid-Manhattan oleh Mecanoo dan Beyer Blinder Belle, arsitek dari perusahaan Belanda.

Mereka akan menambahkan tempat duduk, bagian pelayanan, dan ruang publik di perpustakaan yang terbesar di kota tersebut. Rencananya, pembangunan dimulai pada musim gugur.

“Ada ruang untuk penelitian dan berbagai tugas yang perlu dikerjakan di perpustakaan. Tersedia juga ruang sesuai penggolongan buku seperti di perpustakaan lama yang disukai orang,” ucap TenHoor mengacu pada desain Mecanoo.

Menurut Honig, ketika merancang ulang perpustakaan, NYPL berusaha memadukan tempat duduk formal dan santai, ruang multiguna, lebih banyak akses internet dan keluar, serta cahaya alami.

Hal itu bisa dilihat di Washington Heights yang baru saja direnovasi dan di Stapleton, Staten Island.

“Kami menciptakan ruangan yang menginspirasi bagi komunitas di mana mereka bisa berinteraksi satu sama lain. Itu merupakan suatu hal penting,” kata Honig.

Sehubungan dengan itu, saat merancang bangunan untuk masa depan, bagian yang paling penting mungkin bukanlah arsitekturalnya, melainkan bangunan itu sendiri.

Masalah Pendanaan

Dalam beberapa tahun terakhir, NYPL dan Perpustakaan Umum Brooklyn berusaha mengatasi masalah kekurangan dana dengan menjual sejumlah cabang di daerah yang bernilai jual tinggi, lalu menggantinya dengan perpustakaan yang lebih kecil.

Justin Davidson, kritikus arsitektur di New York, misalnya, menyebut perpustakaan baru di 53rd Street tersebut sebagai ruang bawah tanah yang ramping tetapi menyusut.

Menurut dia, perpustakaan itu bisa saja memiliki banyak elemen cerdas, tetapi kurang cahaya dan ruang bagi pendahulunya.

Beberapa tahun setelah penjualan perpustakaan di 53rd Street, NYPL pun mempertimbangkan penjualan lain di Mid-Manhattan, yang diharapkan akan membantu pendanaan renovasi cabang utama di Fifth Avenue.

Namun, dalam menghadapi pertentangan kuat dari masyarakat, NYPL memilih untuk merenovasinya.

Ruang yang terbuka bagi publik untuk kali pertama seharusnya merupakan ruang yang bisa menyesuaikan dengan perubahan teknologi di masa depan, yaitu teras di atap, satu-satunya bagian yang bebas di Midtown.[diambil dari : Dunia Perpustakaan ]

buku-islam-dibakar

Di Negara ini Ribuan Buku Islam dan Biografi Muhammad Dibakar!

Di beberapa negara, kasus pembakaran buku ditentang dan dianggap sebagai penghinaan atas karya tulis seseorang. Namun terkadang masih ada ditemukan beberapa pihak yang masih melakukan pembakaran buku.

Termasuk yang baru-baru ini terjadi yaitu pembakaran buku yang terjadi di negara Libya. Lebih menghebohkan dan membuat kontroversi, buku yang dibakar salah satunya berisi tentang buku-buku tentang islam dan biography Nabi Muhammaad S.A.W.

Dikutip dari CNNIndonesia.com [20/6/2017], pembakaran buku bukan hanya dilakukan oleh Jerman di zaman Nazi. Baru-baru ini, pasukan yang pro terhadap Jenderal Khalifa Haftar di Libya juga membakar ribuan buku.

Pembakaran buku itu didokumentasikan dalam video dan diunggah ke Facebook. Pasukan berseragam menumpuk buku menjadi timbunan yang ditutup kertas, lalu membakarnya.

Lebih dari enam ribu buku yang dibakar, dan dilaporkan salah satunya adalah biografi Nabi Muhammad. Pembakaran dilakukan di kota di sebelah timur Benghazi, Sabtu (17/6) lalu.

Pembakaran dilakukan bukan tanpa alasan. Pasukan polisi menyebut buku-buku yang dibakar diduga mempromosikan ISIS. Mereka menyebut buku-buku itu mengandung ajaran kekerasan dan konsep persaudaraan dalam Muslim, hal yang dilarang di Uni Emirat Arab dan Mesir.

Di Libya yang dikuasai Haftar, konsep persaudaraan Muslim sama dengan kelompok terorisme. Padahal buku-buku itu merupakan karya tulis yang memuat sejarah Islam.

Bukan hanya sejarah Islam dan biografi Nabi Muhammad. Buku karangan novelis pemenang Nobel asal Mesir, Naguib Mahfouz juga termasuk yang dibakar. Demikian pula buku berisi pemikiran filsuf Jerman, Friedrich Nietzsche yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab[sumber dari Dunia Perpustakaan ] klik videonya disini -> klik

paket-buku-gratis-660x330

Syarat dan Cara Kirim Buku Gratis dari Kantor Pos

Pemerintah benar-benar membuktikan janjinya beberapa saat yang lalu, untuk menggratiskan ongkos kirim buku di seluruh Indonesia melalui kantor pos.

Hal tersebut dilakukan untuk mendukung gerakan budaya baca di Indonesia.

Mungkin memang masih banyak kendala dan masalah yang membutuhkan solusi atas kondisi rendahnya minat baca.

Namun setidaknya, salah satu masalah yang satu ini sudah selesai, yaitu terkait mahalnya buku karena ongkos kirimnya yang mahal.

Caranya yaitu dengan mengirimkan paketan buku melalui kantor pos.

Bagaimana syarat dan caranya?

Berikut ini merupakan Syarat dan Cara Kirim Buku Gratis dari Kantor Pos, dikutip dari akun resmi duta baca Najwa Shihab melalui akun instagramnya.

Berikut ini merupakan bunyi status dan seruan Najwa Shihab,

Teman-teman, yuk ramai-ramai meluncur ke Kantor Pos terdekat di hari Sabtu, 17 JUNI 2017. Hari yang ditunggu karena ada program pengiriman buku tanpa dikenakan biaya sepeserpun alias GRATIS.

Syarat dan Cara Kirim Buku Gratis dari Kantor Pos

  1. Berat per paket maksimal 10 kg. Bisa kirim lebih dari satu paket buku.
  2. Mencantumkan kata sandi BERGERAK

Pengiriman buku gratis untuk gerakan literasi dilaksanakan oleh PT Pos Indonesia (Persero) setiap bulan pada tanggal 17.

Masih ada waktu mengumpulkan buku untuk dikirim.

Untuk informasi alamat pengiriman donasi buku, berikut ini adalahdaftar keseluruhan alamat jaringan Pustaka Bergerak di seluruh Indonesia (sumber : Tweeter Najwa Sihab)

gedung-taman-bacaan

Kisah Perjuangan Dedek: Pejuang Literasi, Bikin Perpustakaan di Garasi hingga Dikucilkan

Udara cukup panas mencapai 35 derajat celcius berdasarkan catatan pengukur suhu. Namun perempuan dengan kostum blazer orange ini seolah tak merasakan panasnya udara. Dia tetap berdiri sambil mengawasi aktivitas sejumlah anak.

“Mereka sedang latihan penyelamatan diri jika bencana gempa disusul tsunami tiba-tiba melanda. Kalau sudah latihan, setidaknya mereka paham apa yang harus dilakukan saat bencana tiba,” jelas Alfiatunnur, pendiri Taman Bacaan Ar-Rasyid, Baitussalam, Aceh Besar.

Perempuan yang akrab disapa Dedek ini mengatakan, TBM Ar-Rasyid tidak hanya menyediakan buku bacaan bagi anak-anak saja, tetapi juga memberikan program kursus gratis, seperti kursus Bahasa Inggris, kursus matematika dan beberapa pelajaran sekolah lainnya.

“Yang mengajar ya relawan kita di sini, dan mereka semua masih mahasiswa dan setiap sore menjadi relawan di TBM sekaligus menjadi guru untuk kegiatan kursus, dan anak-anak di sini sangat senang ikut kursus dan bisa mendapat buku bacaan yang tidak ada di sekolah,” jelas Dedek.

Bagi Dedek, mendirikan TBM adalah cita-citanya sejak lama. Sejak tahun 2000, Dedek sudah aktif menjadi relawan dan bergerak di bidang pendidikan, perempuan dan anak.

“Kita tahu saat itu masyarakat Aceh hidup dalam konflik dan imbas terbesarnya adalah terhadap kehidupan perempuan dan anak, dan lebih miris lagi anak-anak terampas haknya, terutama hak pendidikan,” jelasnya.

“Nah, sejak saat itulah kemudian saya bertekad untuk membantu anak dan perempuan di Aceh bersama teman-teman. Kami melakukan apa yang bisa kami lakukan, termasuk mengumpulkan aneka buku dan membagikannya kepada anak-anak di kamp pengungsian dan desa-desa,” kenang Dedek.

Hingga suatu saat, kisah Dedek, dia mendapat kesempatan dan peluang pasca-bencana gempa dan tsunami di Aceh untuk mewujudkan cita-citanya mendirikan sebuah Youth Centre di Aceh, yang di dalamnya terdapat sebuah taman bacaan masyarakat.

“Perjuangan yang panjang dan cukup melelahkan, saya dan beberapa teman berhasil mendirikan sebuah yayasan bernama Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Aceh (Yakesma) dengan perjalanan yang cukup berliku, dan kemudian juga mendirikan TBM,” jelas lulusan program beasiswa fullbright Amerika Serikat ini.

Energi Dedek sempat terkuras habis dalam proses pendirian Yayasan Yakesma, namun mendapat dukungan moral yang kuat dari komunitas Taman Bacaan Masyarakat Indonesia (TBMI).

Menyulap garasi

Pada tahun 2012, Dedek pun berhasil menyulap sebuah garasi di komplek Yakesma menjadi taman bacaan masyarakat.

“Perjalanan TBM tak semulus perkiraan saya. Meski dapat dukungan dari masyarakat sekitar, namun tidak sedikit juga yang menentang sehingga melarang anak-anak mereka datang ke TBM untuk menikmati buku,” kenang Dedek.

“Belum lagi pengucilan yang kami terima dari pihak pemerintah, terutama dinas pendidikan yang tidak mengakui keberadaan TBM Ar-Rasyid, tapi saya tidak menyerah begitu saja. Bahkan kita sempat di-blacklist. Tapi justru dengan situasi seperti ini semakin membuat saya untuk terus bekerja keras agar bisa mandiri dan survive,” ungkapnya

Di Yakesma sendiri, kata Dedek, mereka juga menampung anak-anak yang kurang mampu untuk bisa melanjutkan pendidikan.

“Ada 30-an anak di sini, dan sebagian mereka itulah yang kita berdayakan untuk menjadi relawan di TBM, khususnya yang sudah mahasiswa. Hal ini bertujuan agar mereka bisa mengaplikasikan semua ilmu yang diterima di kampus dalam kehidupan sehari-hari,” sebut pengajar di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh ini.

Para relawan dilatih dan dididik dengan intens, untuk tidak hanya bisa berinteraksi dengan anak-anak yang berkunjung ke TBM, tetapi juga harus memiliki kreativitas yang bisa dikembangkan dan bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan orang lain.

“Salah satunya adalah kreativitas mereka yang dituangkan dalam kisah singkat perjalanan TBM Ar-Rasyid, yang kemudian diikutkan dalam kompetisi GRCC Gramedia, dan alhamdulillah TBM ini terpilih menjadi terbaik di regional Sumatera. Selain itu, para relawan ini juga sudah berkesempatan melawat ke luar negeri untuk mengunjukkan kemampuan mereka seperti menampilkan kreasi seni. Pastinya ini sebuah kebanggaan bagi mereka,” katanya.

Dengan kreativitas para relawan ini, kini TBM Ar-Rasyid pun sudah mendapat tempat di hati masyarakat sekitar, bahkan juga di lingkungan pemerintah, terutama Dinas Pendidikan.

“Alhamdulillah kini TBM sudah terus dilirik untuk bisa menjadi mitra terutama bagi banyak pihak bahkan pemerintahan. Kita mulai banyak kerja sama, satu di antaranya adalah melakukan kegiatan program Gerakan Membaca Indonesia (GMI) yang akan dilakukan awal Agustus mendatang. Ini tak terlepas dari kiprah para relawan yang ada di TBM,” jelas Dedek, yang ditemui Kompas.com, Selasa (25/7/2017).

Ita, seorang relawan di TBM Ar-Rasyid mengaku mendapat kesempatan luar biasa bisa berada di lingkungan TBM Ar-Rasyid.

“Saya tidak pernah bermimpi bisa mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan dan kemudian bisa mengabdikan ilmu saya di TBM dengan mengajarkan anak-anak di sini,” ungkapnya.

Berada di Yakesma sejak tahun 2012, Ita mengaku sedikit banyaknya juga mengalami asam garamnya perjalanan TBM Ar-Rasyid.

“Awalnya kami hanya memiliki jumlah buku yang sedikit, namun kini sudah mencapai puluhan ribu. Bahkan buku-buku di TBM juga membantu saya dalam pendidikan,” ujar Ita.

Pojok baca

Ketua TBM Ar-Rasyid Periode 2017, Eni Darlia, menyebutkan, demi mengembangkan sayap TBM ke tengah masyarakat, TBM Ar-Rasyid pun membentuk empat pojok baca di empat dusun di sekitarnya. Masing-masing Dusun Lambateung, Dusun Rekompak, Dusun Keude Aron dan Dusun Gampong Meurah.

“Di sini kami bertujuan untuk melibatkan masyarakat sebagai pengelola TBM sehingga keberadaan TBM semakin dekat dengan masyarakat, dan ini juga sekaligus bertujuan untuk meningkatkan kebiasaan warga untuk membaca. Jadi ada alasan untuk orangtua mengarahkan anak-anaknya untuk memilih TBM sebagai tempat bermain dan belajar,” jelas Eni.

Para Relawan TBM Ar-Rasyid dan anak-anak pengunjung TBM(Daspriani Y Zamzami)

Bagi Eni, menjadi relawan di TBM adalah sebuah tantangan yang menyenangkan. Setiap hari dia dituntut untuk bisa selalu menciptakan suasana baru yang penuh inovasi agar masyarakat bisa menjadikan membaca sebagai sebuah kebiasaan.

“Pojok-pojok baca tidak hanya kami tempatkan di tempat-tempat pengajian Al Quran dimana anak-anak beraktivitas sore hari, tetapi juga satu lemari buku kami tempatkan di sebuah warung kopi. Jadi jika ada warga yang duduk sambil ngopi, mereka bisa menikmati bacaan yang bisa menambah wawasan mereka,” sebut Eni.

Bahkan, kata Eni, ada juga satu pojok baca yang pengelolaannya dipercayakan kepada kelompok ibu-ibu pengajian, sehingga para ibu bisa mengarahkan anak-anak mereka untuk menjadikan buku sebagai teman bermain sehari-hari.

“Inovasi-inovasi seperti ini yang setiap hari kita kembangkan agar TBM bisa menjadi kebutuhan di masyarakat dan kreativitas serta inovasi ini selalu kita coba gali dalam setiap diskusi dan evaluasi dari para relawan di gedung TBM yang sebelumnya hanya sebuah garasi ini,” ungkap perempuan yang murah senyum ini.

Eni pun kemudian melanjutkan kegiatannya memandu anak-anak pengunjung tetap TBM melakukan simulasi penyelamatan diri saat menghadapi bencana gempa dan tsunami (Sumber: Dunia Perpustakaan)

kerjasama-unhan-dengan-perpusnas

kerjasama (MOU) Unhan dengan Perpusnas

Universitas Pertahanan (Unhan) telah melaksanakan penandatanganan kerjasama (MoU) dengan Perpustakaan Nasional RI. Kegiatan ini berlangsung di Gd. Rektorat Universitas Pertahanan (Unhan) Kawasan IPSC Sentul – Bogor.Jum’at, (19/1).

Penandatanganan Kerjasama ini dilaksanakan oleh Rektor Unhan Letjen TNI (Purn) Dr. I Wayan Midhio, M.Phil dan Kepala Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) Drs. Muhammad Syarif Bando, M.M.

Menurut Rektor Unhan, penandatangan kerjasama ini sekaligus untuk menghadapi era informasi dan globalisasi yang semakin kompetitif, perguruan tinggi di Indonesia, dituntut untuk meningkatkan mutu melalui Tridharmanya agar mampu bersaing dengan perguruan tinggi asing terutama perguruan tinggi yang telah mencapai predikat world-class university. Mengawali kegiatan penandatangan MoU ini, Kepala Perpustakaan Nasional RI disajikan penayangan profil Unhan.

Sementara Drs. Muhammad Syarif Bando, M.M. Kepala Perpustakaan Nasional RI menyampaikan bahwasanya salah satu fungsi Perpustakaan Nasional RI adalah sebagai Pusat jejaring perpustakaan, sebagai wujud terlaksananya jejaring perpustakaan diperlukan kerja sama antara perpustakaan dan lembaga di era digital, pada kesempatan ini kepala Perpusnas memberikan apresiasi tinggi kepada Unhan secara struktur kelembagaan, Sumber Daya Manusia, maupun Sarana dan prasarana Khususnya dalam bidang Teknologi. Dalam kesempatan ini Kepala Perpusnas menginformasikan bahwa kegiatan kerjasama yang sudah dilaksanakan yaitu dengan Kemhan, Sesko TNI, Sesko AD, Sesko AU dan Sesko AL.

Agenda pada penandatangan kesempatan MoU ini meliputi pengembangan Sumber Daya Manusia dibidang perpustakaan dilingkungan Unhan dan Perpusnas, Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, Pengembangan Data Katalog Induk Nasional (KIN) dan Repository digital Indonesia One Search (IOS), menyelenggarakan Pertukaran Data katalog induk Perpustakaan dan pencantuman backline pada website Unhan dan Perpusnas, melaksanakan pengembangan dan pemanfaatan bersama koleksi perpustakaan, menyelenggarakan pertemuan ilmiah, penelitian, dan publikasi bersama dalam bidang perpustakaan, melaksanakan penghimpunan dan pelestarian karya cetak karya rekam (KCKR) dan manajemen dan pengorganisasian Perpustakaan.

menebar-virus-membaca-660x330

Mata Najwa Menebar Virus Baca, Apresiasi untuk Pejuang Literasi Indonesia!

Dunia Perpustakaan | Mata Najwa Menebar Virus Baca | Menonton tayangan mata najwa menebar virus baca beberapa saat yang lalu menjadikan kita tahu betapa pejuang literasi itu seolah jauh lebih berperan dalam kampanyekan dan perjuangkan budaya baca daripada negara?

Luar biasanya lagi, setiap yang dilakukan pejuang literasi, effect positifnya langsung terasa, padahal mereka berjuang dengan dana sendiri dan alakadarnya.

Sangat berbeda dengan yang dilakukan negara yang sudah buang banyak anggaran dan biaya tapi hasilnya tak begitu terasa karena lebih terkesan ceremonial saja?

Sungguh tepat memang jika menjadikan Najwa Shihab menjadi duta baca di Indonesia.

Hal tersebut bukan karena secara pribadinya yang memang sudah dikenal sangat cerdas, suka membaca, dan terkenal, namun komitmenya tak diragukan lagi untuk aktif kampanyekan budaya baca di Indonesia.

Anda bisa melihat apresiasi Najwa Shihab terhadap aktivitas literasi melalui akun media sosialnya, betapa dirinya memang sangat sering memposting status-status yang sangat peduli akan gerakan literasi di Indonesia.

Yang terbaru, komitmen Najwa Shihab untuk menyuarakan suara para pejuang literasi, dengan menghadirkan secara khusus para pejuang literasi di acara bergengsi yang dia bawakan yaitu “Mata Najwa” di Metro TV.

Dalam acara Mata Najwa yang tayang beberapa waktu lalu membawakan tema “Menebar Virus Baca”.

Dengan dimunculkanya tayangan tersebut tentunya memberikan tayangan yang sangat mendidik sekaligus bisa menginspirasi siapapun, untuk ikut bergerak dan berjuang untuk terus perjuangkan gerakan literasi di seluruh negeri.

Dengan tayangan tersebut juga bisa membangkitkan kembali para pejuang literasi di seluruh Indonesia, bahwa mereka sudah dilihat oleh media, sehingga seluruh pejuang literasi di Indonesia merasa lebih bersemangat karena mereka berjuang tidaklah sendirian (sumber dari : Dunia perpustakaan)

astreoid-burj-khalifa.

Siap-siap! Asteroid Sebesar Burj Khalifa akan Melintasi Bumi

Jakarta – Awal bulan depan, Bumi akan ‘kedatangan tamu’ yaitu sebuah asteroid yang panjangnya melebihi gedung tertinggi di dunia yaitu Burj Khalifa.

Berdasarkan keterangan dari Center for Near Earth Object Studies oleh NASA, pada 4 Februari 2018, asteroid bernama 2002 AJ129 akan melintasi Bumi.

Panjang asteroid ini diperkirakan dapat mencapai hingga 1.219 m, atau sekitar 47% lebih besar dibanding gedung tertinggi di dunia, Burj Khalifa, yang terletak di Dubai, Uni Emirat Arab. Pencakar langit itu sendiri memiliki tinggi 828 m.

NASA mengatakan bahwa 2002 AJ129 masuk ke dalam golongan asteroid yang memiliki ‘potensi bahaya’, dikarenakan ukurannya di atas 150 m dan melintas Bumi dengan jarak di bawah 7.500.000 km.

Para peneliti pun siap memantau kedatangannya dengan menggunakan Goldstone Radio Telescope yang berada di California, Amerika Serikat. Teleskop tersebut merupakan satu dari dua radar astronomi paling kuat milik AS, selain Arecibo Telescope di Puerto Rico.

“Dari sini, kami juga dapat mempelajari mengenai objek-objek semacamnya dengan observasi menggunakan radar,” ujar Lance Benner, ahli astronomi NASA, kutipan dari Newsweek, Jumat (19/1/2018).

Nantinya, radar akan mengumpulkan gelombang suara yang dapat digabungkan sehingga membentuk citra. Dari situ, para peneliti dapat melihat bagaimana bentuk asteroid tersebut, tergantung dari refleksinya terhadap cahaya radar.

Lance dan sejumlah rekannya pun sudah memesan fasilitas di Goldstone Radio Telescope untuk mempelajari sekitar 40 asteroid di 2018, dengan jumlah yang masih sangat mungkin bertambah.

Untungnya, meskipun masuk kategori ‘berpotensi bahaya’, NASA menyatakan bahwa tidak akan ada dampak yang diakibatkan oleh asteroid tersebut, mengingat jaraknya masih cukup jauh dari Bumi saat melintas, yaitu sekitar 4.000.000 km(Dikutip dari DetikINET dan Newsweek)

seminar-ilmiah-nasional-perpustakaan-2017_1

Kepala UPT Perpustakaan Universitas Pertahanan Hadiri Rakerpus XXI IPI dan Tahun 2017 di Yogyakarta

Yogyakarta , 4-6 Oktober 2017

Kepala UPT perpustakaan Universitas pertahanan (UNHAN) Kolonel Chb (K) Dr. Sri sundari, SE., M.M. menhadiri seminar Ilmiah Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia Tahun 2017 , seminar tersebut mengangkat tema “ Peningkatan Profesionalisme Pustakawan dan Penguatan Wawasan Kebangsaan “ bertempat di aula Grand inno Malioboro Yogyakarta , Jateng.

Kegiatan Rakerpus dan Seminar Ilmiah nasional ini juga di pimpin oleh oleh kepala Perpustakaan nasional ( PERPUSNAS) Bapak Muhammad Syarif bando dan beberapa narasumber sebagai pembicara di kegiatan ini.

Rakerpus XXI dan Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia Tahun 2017 adalah Pertemuan tahunan dalam suatu wadah organisasi dan merupakan kesempatan bagi anggota untuk bertemu dalam upaya meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dibidang kepustakawanan, diharapkan agar seluruh kekuatan yang terhimpun pada wadahprofesi ini dapat semakin berfungsi dengan lebih efektif dan profesional, sehiungga tidak hanya memberikan manfaat yang besar dalam pembangunan dibidang kepustakawanan tetapi juga berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.

Profesi Pustakawan adalah profesi yang telah dipandang sebagai profesi yang penting di Indonesia dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan masyarakat pembelajar sepanjang hayat. Untuk mengemban tugas tersebut pustakawan perlu memiliki kompetensi dan keterampilan prima yang harus selalu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, Pustakawan juga dituntut untuk selalu meningkatkan keterampilannya dibidang tekhnologi informasi dan komunikasi yang berkembang dengan pesatnya, pustakawan tidak hanya harus bersikap proaktif dalam menyediakan lanyanannya kepada masyarakat yang membutuhkan tetapi dengan fenomena TIK dan maraknya medsos saat ini, pustakawan mampu melahirkan inovasi baru dan selalu berinteraksi aktif dengan masyarakat.

Pustakawan juga memiliki tugas serta peran penting dalam meningkatkan pemahaman tentang Wawasan kebangsaan, yang pada hakikatnya merupakan implelmentasi nilai-nilai yang bersumber dari empat konsensus dasar yaitu, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Nilai-nilaipanduan dan pedoman bagi bangsa Indonesia untuk membangun jati/diri karakter bangsa.

Wawasan kebangsaan mengandung nilai-nilai yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang negara sebagai suatu wilayahkeuatan negara, penduduk sebagai potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang menjadi motivasi dan semangat untuk melakukan hal-hal yang baik bagi kepentingan bangsa dan negara. Dalam kehidupan bermasyarakat sangat penting untuk ditanamkan kepada setiap warga negara sebagai proses dalam pembentukan sikap moral agar memiliki kecintaan terhadap tanah airnya dalammemelihara kesinambungan perjalanan kehidupan bangsa serta terpeliharanya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

untuk Rektor Universitas Pertahanan dan mengucapkan terimakasih bisa menghadiri seminar, beliau merencanakan untuk bisa berkunjung ke Universitas Pertahanan dan akan membantu Perpustakaan Unhan agar bisa terakditasi.

Penulis : Kolonel Chb (K) Dr. Sri Sundari, SE., M.M.

Editor : Tim Redaksi Perpustakaan Unhan

digital

Kepala UPT Pusat Perpustakaan Universitas Pertahanan Menghadiri Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia ke 10 Tahun 2017

Mataram , 7-10 November 2017

Kepala UPT Perpustakaan Universitas Pertahanan mewakili Universitas Pertahanan (UNHAN) menghadiri kegiatan Call for papers konfrensi Perpustakaan Digital Indonesia ke 10 Tahun 2017 di Mataram Nusa Tenggara Barat. Kegiatan tersebut di hadiri 700 peserta terdiri dari seluruh Pustakawan dan tenaga perpustakaan seluruh Indonesia.

Tema dalam kegiatan tersebut adalah “Peran Perpustakaan Digital dalam menunjang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) 2030” . Tujuan dari kegiatan ini Antara lain untuk meningkatkan pemahaman serta menyamakan persepsi dan menyatukan komitmen pustakawan dalam meningkatkan kompetensi di bidang kepustakawan, serta mengkosolidasikan dan menyelaraskan kegiatan organisasi mengacu pada program kerja Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) periode 2015 – 2018.

Pembicara memaparkan dalam seminar tersebut terkait Perkembangan teknologi informasi (TIK) membuka peluang bagi setiap perpustakaan konvensional untuk membangun koleksi bahan perpustakaan digital untuk dilanyankan kepada pemustaka. Tekhnologi jaringan juga membuka peluang bagi perpustakaan untuk memanfaatkan bersama sumber informasi digital yang dimiliki, yaitu dengan menyediakan akses bagi perpustakaan lain ke koleksi digital miliknya dan sebaliknya. Dengan demikan peluang suatu perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan informasi perpustakaan semakin besar.

Saat ini pembangunan jejaring perpustakaan digital telah memasuki dimana perpustakaan digital sudah dipandang memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat secara luas melalui berbagai peran. Salah satu peran perpustakaan digital yang terkait dengan perkembanagan terkini pada masyarakat dunia luas pada umumnya adalah upaya menunjang tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) yang dicetuskan melalui Agenda 2030 Perserikatan Bangsa Bangsa. TPB memiiki 17 aspek universal yang terdiri dari 169 tujuan terkait ekonomi, lingkungan dan pembangunan sosial. Perpustakaan digital dipandang memiliki peran penting dalam mendukung pencapaian TPB melalui penyediaan akses informasi, secara tekhnologi informasi dan komunikasi, serta kepada masyarakat dalam pembangunan kapasitas pemanfaatan informasi, serta pelestarian informasi untuk generasi mendatang. Hal inilah yang menjadi dasar Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia dilaksanakan agar menjadi sarana berbagai saran dan masukan mengenai peran perpustakaan digital dalam menunjang tujuan pembangunan berkelanjutan dalam agenda 2030 PBB.

Penulis : Kolonel Chb (K) Dr. Sri Sundari, SE., M.M.

Editor : Tim redaksi Perpustakaan Unhan