perbedaan-aacr2-dan-rda-660x330

Analisis Perbedaan AACR2 dan RDA

Sebagai pustakawan atau mahasiswa ilmu perpustakaan, tentunya memahami AACR2 dan RDA sudah menjadi kebutuhan dan keharusan. Pada jurnal yang berjudul “Analisis Perbedaan AACR2 (Anglo-American Cataloging Rules 2nd Edition) dan RDA (Resources Description and Access)” dibahas secara lengkap terkait dengan Perbedaan AACR2 dan RDA.

A. Pendahuluan

Perpustakaan merupakan sebuah ruangan dari sebuah gedung ataupun yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca (Sulistyo-Basuki, 1991:3).

Perpustakaan dapat juga diartikan sebagai kumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia (Perpustakaan, 2012).

Jadi perpustakaan merupakan lembaga informasi yang berfungsi mengelola, menyimpan dan menyajikan informasi bagi kebutuhan penggunanya. Dalam menyajikan informasi, perpustakaan menyediakan alat telusur informasi yang dinamakan katalog.

Katalog adalah alat telusur yang disediakan oleh perpustakaan. Katalog bisa disusun berdasarkan alfabetis nama pengarang, judul, nama penerbit dan lain-lain. Katalog juga merupakan presentasi ciri-ciri dari sebuah bahan pustaka atau dokumen (misalnya: judul, pengarang, deskripsi fisik, subjek) koleksi perpustakaan yang merupakan wakil ringkas bahan pustaka tersebut yang disusun secara sistematis.

Sesuai perkembangan perpustakaan, ada beberapa bentuk katalog, yaitu

  1. katalog buku,
  2. katalog berkas, merupakan katalog kumpulan kertas,
  3. katalog kartu, yaitu kartu katalog berukuran 7,5 cm x 12,5 cm kemudian kartu katalog dijajarkan dalam laci katalog,
  4. katalog komputer (Online Public Access Catalog), yaitu katalog terbacakan komputer.

Katalog berfungsi sebagai wakil karya dari bahan pustaka yang disusun dengan susunan tertentu. Wakil ini mengarah kepada susunan yang ada di rak.

Dalam penelusuran informasi katalog juga berfungsi sebagai bantuan penemuan informasi yang tepat. Penelusuran dengan menggunakan katalog mengarahkan penelusur menemukan informasi yang tepat.

Jika sistem penelusuran tidak menggunakan katalog, maka penelusuran informasi membutuhkan waktu dalam menemukan informasi yang tepat bagi penelusur. Oleh karena itu, katalog dibutuhkan pada sistem penelusuran informasi.

Dalam hal katalog, perpustakaan memiliki pedoman peraturan yang harus dipatuhi dalam pembuatan katalog. Pedoman ini berlaku secara internasional dirumuskan oleh organisasi perpustakaan internasional.

Pedoman peraturan itu dinamakan AACR2 (Anglo-American Cataloging Rules 2nd Edition).

AACR2 merupakan pedoman pengatalogan dunia perpustakaan yang dirumuskan pada tahun 1967. Pedoman katolog itu disesuaikan dengan berbagai amandemen dengan tujuan penyempurnaan katalog.

AACR2 mempedomani pengatalogan dari jenis bahan pustaka konvensional (koleksi tercetak dan audiovisual). Namun, seiring dengan perkembangan informasi global, pedoman katalog AACR2 tidak mampu mendukung lagi.

Hal ini disebabkan oleh berbagai kekurangan, seperti ketidakmampuan AACR2 menampung informasi (jenis bahan pustaka digital) yang berkembang di masa kini oleh perkembangan perpustakaan dan informasi.

Kekurangan tersebut mendorong organisasi perpustakaan, yakni International Federation Library Asosiasion (IFLA), American Library Asosiasion (ALA) , British Library, dan Library of Congress untuk merancang pedoman pengatalogan baru. Pedoman pengatalogan baru itu disebut dengan RDA (Resources Description and Access).

RDA merupakan pedoman pengatalogan yang dirumuskan untuk menggantikan AACR2 yang tidak mampu menampung perkembangan dunia informasi.

RDA tidak hadir dalam bentuk cetak seperti AACR2 tetapi hadir dengan versi web-based tool. RDA dapat menampung semua jenis bahan pustaka baik itu dalam jenis tercetak maupun digital.

RDA berkonsep pada Functional Requirement Bibliographic Record (FRBR) yang memilki empat konsep dalam mengindentifikasi bahan informasi, yaitu work, relationship, expression, dan item.

Dengan lahirnya RDA dalam dunia perpustakaan, muncul pertanyaan bagaimana perbedaan antara RDA dan AACR2?

Beranjak dari pertanyaan itu dalam makalah ini dibahas tentang perbedaan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perbedaan AACR2 dan RDA.

B. Pembahasan

AACR2 merupakan pedoman pengatalogan yang hadir dalam dunia perpustakaan pada tahun 1967.

AACR2 dalam perkembangannya telah banyak melakukan amandemen-amandemen sesuai perkembangan bahan pustaka, namun di masa sekarang dengan berkembangnya jenis bahan pustaka dan pengaruh teknologi, AACR tidak mampu lagi mengiringi perkembangan tersebut.

Dengan hal tersebut organisasi di bidang perpustakaan merancang pedoman pengatalogan yang mampu menampung perkembangan jenis bahan pustaka. Pedoman yang dihasilkan dinamakan RDA (Resourses Description and Acces).

RDA merupakan pengatalogan yang hadir untuk menggantikan AACR2 yang tidak mampu lagi menampung perkembangan jenis bahan pustaka.

RDA tidak lagi hadir dalam versi cetak seperti AACR2 tetapi dalam versi web-based tool, dengan pedoman pengatalogan baru RDA terdapat beberapa perbedaan dengan AACR2

wide-view-of-library

Perpustakaan Umum Seattle Amerika Serikat

Perpustakaan sudah sewajibnya selalu mengikuti perkembangan zaman dan selalu mengutamakan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Termasuk saat dunia berubah dengan begitu cepatnya dalam hal teknologi.

Dalam kondisi ini perpustakaan tidak boleh tertinggal apalagi menutup diri dan menolak perubahan.

Walaupun harus terus mengikuti kemajuan teknologi, yang harus dicatat tentunya perpustakaan tetap menjaga nilai-nilai penting dalam bidang perpustakaan.

Kemajuan teknologi yang begitu pesat membuat berbagai perpustakaan di negara maju terus lakukan inovasi. Salah satu perpustakaan tersebut yaitu Perpustakaan Umum di Seattle Amerika Serikat.

Saat dibuka pada tahun 2004, perpustakaan umum baru di Seattle, Amerika Serikat, dipublikasikan sebagai model yang mewakili era digital dan semangat warga dalam menyambut milenium baru.

Dikutip dari kompas.com [29/6/2017], Gedung empat lantai itu terhubung dengan tangga berbentuk spiral sehingga orang bisa naik turun melalui tangga yang landai. Desain yang disebut membanggakan itu dibuat oleh Rem Koolhaas dan Joshua Prince-Ramus dari rumah produksi OMA.

itu akan masuk ke katalog kartu dan rekaman kaset.

Namun, setelah lebih dari satu dekade, permintaan terhadap buku yang masih bisa ditemukan di perpustakaan itu tetap kuat.

“Ide bahwa setiap orang akan membaca tulisan di layar belum terbukti benar. Tetap ada tempat untuk buku-buku kuno. Industri penerbitan mengerti soal itu. Hal ini bisa dilihat dari desain berkualitas tinggi perpustakaan tersebut,” ujar Meredith TenHoor, sejarawan arsitektur dan profesor di Pratt Institute School of Architecture.

Desain paling inovatif di perpustakaan itu, menurut TenHoor, yaitu deretan buku yang bukan hanya sebagai sumber informasi, melainkan juga sebagai sumber praktik sosial dan intelektual yang berkembang di seputar dunia bacaan dan penelitian.

Sementara itu, Wakil Presiden Bidang Perencanaan Modal di Perpustakaan Umum New York atau New York Public Library (NYPL) Risa Honig mengatakan, saat itu pihaknya menganggap bahwa buku tidak hanya soal eksistensi arsitektural.

Waktu itu, sekitar 20 persen dari keseluruhan sirkulasi NYPL adalah buku elektronik (e-book).

“Buku menciptakan suatu penampilan dan memberi rasa dalam suatu ruangan. Jadi tidak hanya bagian dari desain, tetapi merupakan hal penting,” kata Honig.

Hal itu bisa dilihat di cabang perpustakan yang baru dibuka di 53rd Street dan yang segera direnovasi di Mid-Manhattan.

da suatu perubahan yang terjadi, yaitu perpustakaan semakin berperan untuk mengakomodasi banyak kegunaan, di antaranya untuk tempat menyimpan dan mengedarkan buku.

Hal itu seperti yang terlihat dari hasil rancangan ulang di Mid-Manhattan oleh Mecanoo dan Beyer Blinder Belle, arsitek dari perusahaan Belanda.

Mereka akan menambahkan tempat duduk, bagian pelayanan, dan ruang publik di perpustakaan yang terbesar di kota tersebut. Rencananya, pembangunan dimulai pada musim gugur.

“Ada ruang untuk penelitian dan berbagai tugas yang perlu dikerjakan di perpustakaan. Tersedia juga ruang sesuai penggolongan buku seperti di perpustakaan lama yang disukai orang,” ucap TenHoor mengacu pada desain Mecanoo.

Menurut Honig, ketika merancang ulang perpustakaan, NYPL berusaha memadukan tempat duduk formal dan santai, ruang multiguna, lebih banyak akses internet dan keluar, serta cahaya alami.

Hal itu bisa dilihat di Washington Heights yang baru saja direnovasi dan di Stapleton, Staten Island.

“Kami menciptakan ruangan yang menginspirasi bagi komunitas di mana mereka bisa berinteraksi satu sama lain. Itu merupakan suatu hal penting,” kata Honig.

Sehubungan dengan itu, saat merancang bangunan untuk masa depan, bagian yang paling penting mungkin bukanlah arsitekturalnya, melainkan bangunan itu sendiri.

Masalah Pendanaan

Dalam beberapa tahun terakhir, NYPL dan Perpustakaan Umum Brooklyn berusaha mengatasi masalah kekurangan dana dengan menjual sejumlah cabang di daerah yang bernilai jual tinggi, lalu menggantinya dengan perpustakaan yang lebih kecil.

Justin Davidson, kritikus arsitektur di New York, misalnya, menyebut perpustakaan baru di 53rd Street tersebut sebagai ruang bawah tanah yang ramping tetapi menyusut.

Menurut dia, perpustakaan itu bisa saja memiliki banyak elemen cerdas, tetapi kurang cahaya dan ruang bagi pendahulunya.

Beberapa tahun setelah penjualan perpustakaan di 53rd Street, NYPL pun mempertimbangkan penjualan lain di Mid-Manhattan, yang diharapkan akan membantu pendanaan renovasi cabang utama di Fifth Avenue.

Namun, dalam menghadapi pertentangan kuat dari masyarakat, NYPL memilih untuk merenovasinya.

Ruang yang terbuka bagi publik untuk kali pertama seharusnya merupakan ruang yang bisa menyesuaikan dengan perubahan teknologi di masa depan, yaitu teras di atap, satu-satunya bagian yang bebas di Midtown.[diambil dari : Dunia Perpustakaan ]