budaya-baca-orang-jepang

Budaya Membaca di Kalangan Orang Jepang

Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dan sebagainya disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb).

Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern.

Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan. Tak heran pemerintah Jepang juga mengambil kebijakan tersendiri guna meningkatkan taraf pendidikan masyarakat Jepang dengan menciptakan kebijakan publik khusus untuk memotivasi masyarakat Jepang kembali ke sekolah (Kikosushijo) pada tahun 1962.

Keberanian untuk membuat prioritas kebijakan publik pada sektor pendidikan adalah suatu syarat mutlak atau tidak bisa tidak (conditio sine qua non).

Kebijakan ini mendorong pemerintah Jepang dari pusat sampai ke daerah-daerah untuk antara lain menyediakan secara gratis buku-buku bacaan, membeli lahan untuk pembangunan sekolah dengan sistem pendidikan bermutu, tak ketinggalan mengirim guru-guru untuk bersekolah di luar negeri pada berbagai universitas ternama.

Akhirnya Sejarah pun mencatat bahwa keunggulan manusia Jepang, yang ditandai lejitan ke peringkat-peringkat atas persaingan global, dicapai melalui kerja keras. Visi Jepang cerah juga melalui pelembagaan budaya baca.

Budaya ini dibangun lewat kebijakan penyadaran pentingnya membaca. Ia sengaja direncanakan, ditanamkan, ditumbuhkan dan dikembangkan secara serius dan berlanjut. Kesadaran membaca dituntun melalui disiplin tingkat tinggi.

Budaya baca memang menggelora ke seluruh lini kehidupan bermasyarakat Jepang. Ia diterima dan dipertahankan karena meyakinkan secara logis sebagai obor penerang masa depan. Benar-benar mengagumkan bukan?.

Berdasarkan pengamatan Romi Satria Wahono, kini, membaca dan selalu membaca telah menjadi pemandangan umum.

Budaya baca ini terlihat tidak hanya pada jam-jam belajar. Bukan saja ketika berada di sekolah-sekolah atau kampus-kampus. Ia merupakan kebudayaan yang hidup dan menghidupkan ketika sedang berada di bus, kereta api, taman-taman kota, tempat-tempat rekreasi, tidak terkecuali sambil menunggu pesanan makanan di kafe atau restoran.

Toko Buku Ala Jepang

Bila kita ke toko buku, terlihat pada pinggir-pinggir tembok sengaja disediakan meja dan kursi bagi pembaca, demikian ungkap Romi Satria Wahono . Bahkan sering terlihat banyak orang lanjut usia sedang asyik membaca, tak mau kalah, pantang mundur berpandu kaca pembesar huruf.

Hebat pula bahwa pelayan toko buku sama sekali tidak terlihat melarang, kalau ada siswa atau mahasiswa yang sengaja mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah di sana. Tentu saja ada aturannya, membaca dengan tenang dan menjaga kebersihan serta keutuhan bahan bacaan.

Menurut data dari bunkanews (situs khusus tentang media massa berbahasa Jepang), jumlah toko buku di Jepang adalah sama dengan jumlah toko buku di Amerika Serikat.

Amerika Serikat adalah dua puluh enam kali lebih luas dan berpenduduk dua kali lebih banyak daripada Jepang. Karena itu, data ini menunjukkan bahwa toko buku sangat banyak di Jepang, mudah dijangkau, dan berada sangat dekat dengan masyarakat Jepang.

Sebuah kelebihan yang membuat bahagia para konsumen buku dan penerbit tentunya. Juga menunjukkan tingginya apresiasi masyarakat terhadap budaya membaca.

Toko buku yang ada tak melulu toko buku baru. Masih menurut bunkanews, toko buku bekas atau toko buku tua menempati presentase sepertiga jumlah toko buku. Artinya, jumlah toko buku bekas adalah separuh jumlah toko buku baru.

Keberadaan toko buku bekas ini sangat menolong konsumen buku, karena mereka bisa mendapatkan buku yang mereka inginkan dengan harga yang jauh lebih murah dan terjangkau. Bahkan terkadang, kita bisa mendapatkan buku-buku tua yang sangat bernilai namun sudah tak lagi diterbitkan.

Toko-toko buku ini berani untuk buka sampai larut malam, lebih malam dari departemen store maupun supermarket.

Mengapa demikian?

Karena kaki para konsumen buku terus mengalir sampai malam. Banyak di antara mereka yang datang hanya untuk sekedar “tachi yomi” (artinya membaca sambil berdiri di toko buku tanpa membeli) melepas kebosanan di malam hari.

Tachiyomi sekilas tampaknya hanya merusak pemandangan toko. Namun ternyata oplag penjualan berbanding lurus dengan jumlah orang yang tachiyomi. Artinya, ada kencenderungan sehabis tachiyomi orang tergerak untuk membeli bacaan lainnya.

Kecenderungan orang Jepang pada aktivitas membaca dimanfaatkan oleh para penerbit sebagai ajang promosi buku-buku mereka di televisi.

Di salah satu televisi swasta ada acara yang disebut acara “toko buku Sekiguchi”.

Dalam acara ini para artis atau pelawak mempresentasikan referensi suatu buku, sedangkan artis lain yang hadir diminta untuk membeli berdasarkan kesan mereka terhadap presentasi tersebut dari kocek mereka sendiri. Acara ini sangat membantu bagi penggemar buku yang sibuk dan tak sempat berlama-lama di toko buku.

Penonton bisa melihat referensi yang divisualisasikan dalam layar TV dan memesan lewat internet atau telpon jika tertarik untuk membeli. Mirip sebuah “televisi shopping”, namun yang dipromosikan adalah buku.

Ketika kita masuk ke sebuah toko buku, biasanya ada beberapa hal khas yang kita jumpai.

Pertama, biasanya buku-buku bacaan di Jepang, seperti novel, kumpulan essai, ataupun ilmiah populer didesain dalam ukuran kecil, ringan, dan mudah dibawa kemana-mana. Sehingga kita tidak enggan membawa buku tersebut baik ketika dalam perjalanan ke kantor ataupun berbelanja.

Orang yang membaca buku (tentu juga komik ataupun majalah) akan sangat mudah kita temui di bis-bis kota ataupun di kereta-kereta listrik.

Kedua, kita akan susah mendapatkan buku-buku berbahasa Inggris di toko-toko buku Jepang pada umumnya. Ini karena, para penerbit Jepang sangat memperhatikan penerjemahan buku-buku hasil karya penulis dari negara-negara lain.

Bahkan banyak kasus buku best seller yang diterbitkan di negara lain diterbitkan pula terjemahannya di Jepang dalam waktu yang hampir berbarengan, seperti buku Harry Potter yang ngetop di Amerika itu.

Ini tentu saja karunia bagi masyarakat Jepang khususnya para penggemar buku. Mereka bisa menikmati hasil karya penulis-penulis beken negara lain dalam bahasa mereka sendiri. Suatu karunia yang kita pikir hanya dipunyai oleh negara-negara berbahasa Inggris, seperti Amerika atau sebagian negara Eropa.

Hanya toko-toko besar tertentu (dan biasanya di daerah perkotaan) yang menyediakan buku-buku impor berbahasa Inggris dan bukan terjemahannya. diambil dari (duniaperpustakaan.com)

kodim-gowa_20160810_205407-660x330

Kodim 1409 Gowa Launching Program Perpustakaan Keliling.

Dunia Perpustakaan | Jajaran Kodim 1409 Gowa melaunching program Perpustakaan Keliling dihalaman Makodim, Jl Sultan Hasanuddin, Rabu [8/16].

Perpustakaan keliling yang merupakan program Pangdam VII Wirabunana, yakni menggunakan sepeda motor dengan gandengan kiri kanan motor yang berisikan buku.

Dandim Gowa, Letkol Inf Willy Brodus, mengatakan perpustakaan keliling ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat khusunya kepada anak-anak dengan meningkatkan minat untuk membaca buku.

Dikutip dari tribunmakassar, [10/08/16]. “Program Kodam VII Wirabuana ini di laksanakan oleh seluluh jajaran Kodim yang ada di sulsel, termasuk Kodim 1409 Gowa. Dimana program ini juga bersinergi dengan program pendidikan gratis yang ada di Kabupaten Gowa,” katanya usai melepas Kendaraan Perpustakaan keliling.

Selanjutnya dua motor yang berubah fungsi jadi perpustakaan akan berangkat berkeliling secara mobile ke beberapa daerah di dataran tinggi, seperti di Kecamatan, Biringbulu, Tompobulu, Parigi, dan Manuju untuk mengunjungi masyarakat khususnya anak-anak yang berada pada daerah yang sulit jangkau.

Willy juga mengatakan akan mengupayakan menambah menjadi delapan unit, sehingga di setiap Koramil yang ada memiliki kendaraan Perpustakaan keliling.

Adapun jenis buku yakni buku panduan dan buku belajar untuk kalangan anak-anak, dimana buku tersebut berasal dari Pemda Gowa dan partisipasi masyarakat.

Willy berharap hadirnya kendaraan perpustakaan keliling ini selain bersinergi dengan program pendidikan gratis di Gowa, hal ini juga dapat meningkatkan hubungan TNI dengan masyarakat, dimana Babinsa sebagai pembina di masyarakat.

perbedaan-aacr2-dan-rda-660x330

Analisis Perbedaan AACR2 dan RDA

Sebagai pustakawan atau mahasiswa ilmu perpustakaan, tentunya memahami AACR2 dan RDA sudah menjadi kebutuhan dan keharusan. Pada jurnal yang berjudul “Analisis Perbedaan AACR2 (Anglo-American Cataloging Rules 2nd Edition) dan RDA (Resources Description and Access)” dibahas secara lengkap terkait dengan Perbedaan AACR2 dan RDA.

A. Pendahuluan

Perpustakaan merupakan sebuah ruangan dari sebuah gedung ataupun yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca (Sulistyo-Basuki, 1991:3).

Perpustakaan dapat juga diartikan sebagai kumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia (Perpustakaan, 2012).

Jadi perpustakaan merupakan lembaga informasi yang berfungsi mengelola, menyimpan dan menyajikan informasi bagi kebutuhan penggunanya. Dalam menyajikan informasi, perpustakaan menyediakan alat telusur informasi yang dinamakan katalog.

Katalog adalah alat telusur yang disediakan oleh perpustakaan. Katalog bisa disusun berdasarkan alfabetis nama pengarang, judul, nama penerbit dan lain-lain. Katalog juga merupakan presentasi ciri-ciri dari sebuah bahan pustaka atau dokumen (misalnya: judul, pengarang, deskripsi fisik, subjek) koleksi perpustakaan yang merupakan wakil ringkas bahan pustaka tersebut yang disusun secara sistematis.

Sesuai perkembangan perpustakaan, ada beberapa bentuk katalog, yaitu

  1. katalog buku,
  2. katalog berkas, merupakan katalog kumpulan kertas,
  3. katalog kartu, yaitu kartu katalog berukuran 7,5 cm x 12,5 cm kemudian kartu katalog dijajarkan dalam laci katalog,
  4. katalog komputer (Online Public Access Catalog), yaitu katalog terbacakan komputer.

Katalog berfungsi sebagai wakil karya dari bahan pustaka yang disusun dengan susunan tertentu. Wakil ini mengarah kepada susunan yang ada di rak.

Dalam penelusuran informasi katalog juga berfungsi sebagai bantuan penemuan informasi yang tepat. Penelusuran dengan menggunakan katalog mengarahkan penelusur menemukan informasi yang tepat.

Jika sistem penelusuran tidak menggunakan katalog, maka penelusuran informasi membutuhkan waktu dalam menemukan informasi yang tepat bagi penelusur. Oleh karena itu, katalog dibutuhkan pada sistem penelusuran informasi.

Dalam hal katalog, perpustakaan memiliki pedoman peraturan yang harus dipatuhi dalam pembuatan katalog. Pedoman ini berlaku secara internasional dirumuskan oleh organisasi perpustakaan internasional.

Pedoman peraturan itu dinamakan AACR2 (Anglo-American Cataloging Rules 2nd Edition).

AACR2 merupakan pedoman pengatalogan dunia perpustakaan yang dirumuskan pada tahun 1967. Pedoman katolog itu disesuaikan dengan berbagai amandemen dengan tujuan penyempurnaan katalog.

AACR2 mempedomani pengatalogan dari jenis bahan pustaka konvensional (koleksi tercetak dan audiovisual). Namun, seiring dengan perkembangan informasi global, pedoman katalog AACR2 tidak mampu mendukung lagi.

Hal ini disebabkan oleh berbagai kekurangan, seperti ketidakmampuan AACR2 menampung informasi (jenis bahan pustaka digital) yang berkembang di masa kini oleh perkembangan perpustakaan dan informasi.

Kekurangan tersebut mendorong organisasi perpustakaan, yakni International Federation Library Asosiasion (IFLA), American Library Asosiasion (ALA) , British Library, dan Library of Congress untuk merancang pedoman pengatalogan baru. Pedoman pengatalogan baru itu disebut dengan RDA (Resources Description and Access).

RDA merupakan pedoman pengatalogan yang dirumuskan untuk menggantikan AACR2 yang tidak mampu menampung perkembangan dunia informasi.

RDA tidak hadir dalam bentuk cetak seperti AACR2 tetapi hadir dengan versi web-based tool. RDA dapat menampung semua jenis bahan pustaka baik itu dalam jenis tercetak maupun digital.

RDA berkonsep pada Functional Requirement Bibliographic Record (FRBR) yang memilki empat konsep dalam mengindentifikasi bahan informasi, yaitu work, relationship, expression, dan item.

Dengan lahirnya RDA dalam dunia perpustakaan, muncul pertanyaan bagaimana perbedaan antara RDA dan AACR2?

Beranjak dari pertanyaan itu dalam makalah ini dibahas tentang perbedaan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perbedaan AACR2 dan RDA.

B. Pembahasan

AACR2 merupakan pedoman pengatalogan yang hadir dalam dunia perpustakaan pada tahun 1967.

AACR2 dalam perkembangannya telah banyak melakukan amandemen-amandemen sesuai perkembangan bahan pustaka, namun di masa sekarang dengan berkembangnya jenis bahan pustaka dan pengaruh teknologi, AACR tidak mampu lagi mengiringi perkembangan tersebut.

Dengan hal tersebut organisasi di bidang perpustakaan merancang pedoman pengatalogan yang mampu menampung perkembangan jenis bahan pustaka. Pedoman yang dihasilkan dinamakan RDA (Resourses Description and Acces).

RDA merupakan pengatalogan yang hadir untuk menggantikan AACR2 yang tidak mampu lagi menampung perkembangan jenis bahan pustaka.

RDA tidak lagi hadir dalam versi cetak seperti AACR2 tetapi dalam versi web-based tool, dengan pedoman pengatalogan baru RDA terdapat beberapa perbedaan dengan AACR2

wide-view-of-library

Perpustakaan Umum Seattle Amerika Serikat

Perpustakaan sudah sewajibnya selalu mengikuti perkembangan zaman dan selalu mengutamakan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Termasuk saat dunia berubah dengan begitu cepatnya dalam hal teknologi.

Dalam kondisi ini perpustakaan tidak boleh tertinggal apalagi menutup diri dan menolak perubahan.

Walaupun harus terus mengikuti kemajuan teknologi, yang harus dicatat tentunya perpustakaan tetap menjaga nilai-nilai penting dalam bidang perpustakaan.

Kemajuan teknologi yang begitu pesat membuat berbagai perpustakaan di negara maju terus lakukan inovasi. Salah satu perpustakaan tersebut yaitu Perpustakaan Umum di Seattle Amerika Serikat.

Saat dibuka pada tahun 2004, perpustakaan umum baru di Seattle, Amerika Serikat, dipublikasikan sebagai model yang mewakili era digital dan semangat warga dalam menyambut milenium baru.

Dikutip dari kompas.com [29/6/2017], Gedung empat lantai itu terhubung dengan tangga berbentuk spiral sehingga orang bisa naik turun melalui tangga yang landai. Desain yang disebut membanggakan itu dibuat oleh Rem Koolhaas dan Joshua Prince-Ramus dari rumah produksi OMA.

itu akan masuk ke katalog kartu dan rekaman kaset.

Namun, setelah lebih dari satu dekade, permintaan terhadap buku yang masih bisa ditemukan di perpustakaan itu tetap kuat.

“Ide bahwa setiap orang akan membaca tulisan di layar belum terbukti benar. Tetap ada tempat untuk buku-buku kuno. Industri penerbitan mengerti soal itu. Hal ini bisa dilihat dari desain berkualitas tinggi perpustakaan tersebut,” ujar Meredith TenHoor, sejarawan arsitektur dan profesor di Pratt Institute School of Architecture.

Desain paling inovatif di perpustakaan itu, menurut TenHoor, yaitu deretan buku yang bukan hanya sebagai sumber informasi, melainkan juga sebagai sumber praktik sosial dan intelektual yang berkembang di seputar dunia bacaan dan penelitian.

Sementara itu, Wakil Presiden Bidang Perencanaan Modal di Perpustakaan Umum New York atau New York Public Library (NYPL) Risa Honig mengatakan, saat itu pihaknya menganggap bahwa buku tidak hanya soal eksistensi arsitektural.

Waktu itu, sekitar 20 persen dari keseluruhan sirkulasi NYPL adalah buku elektronik (e-book).

“Buku menciptakan suatu penampilan dan memberi rasa dalam suatu ruangan. Jadi tidak hanya bagian dari desain, tetapi merupakan hal penting,” kata Honig.

Hal itu bisa dilihat di cabang perpustakan yang baru dibuka di 53rd Street dan yang segera direnovasi di Mid-Manhattan.

da suatu perubahan yang terjadi, yaitu perpustakaan semakin berperan untuk mengakomodasi banyak kegunaan, di antaranya untuk tempat menyimpan dan mengedarkan buku.

Hal itu seperti yang terlihat dari hasil rancangan ulang di Mid-Manhattan oleh Mecanoo dan Beyer Blinder Belle, arsitek dari perusahaan Belanda.

Mereka akan menambahkan tempat duduk, bagian pelayanan, dan ruang publik di perpustakaan yang terbesar di kota tersebut. Rencananya, pembangunan dimulai pada musim gugur.

“Ada ruang untuk penelitian dan berbagai tugas yang perlu dikerjakan di perpustakaan. Tersedia juga ruang sesuai penggolongan buku seperti di perpustakaan lama yang disukai orang,” ucap TenHoor mengacu pada desain Mecanoo.

Menurut Honig, ketika merancang ulang perpustakaan, NYPL berusaha memadukan tempat duduk formal dan santai, ruang multiguna, lebih banyak akses internet dan keluar, serta cahaya alami.

Hal itu bisa dilihat di Washington Heights yang baru saja direnovasi dan di Stapleton, Staten Island.

“Kami menciptakan ruangan yang menginspirasi bagi komunitas di mana mereka bisa berinteraksi satu sama lain. Itu merupakan suatu hal penting,” kata Honig.

Sehubungan dengan itu, saat merancang bangunan untuk masa depan, bagian yang paling penting mungkin bukanlah arsitekturalnya, melainkan bangunan itu sendiri.

Masalah Pendanaan

Dalam beberapa tahun terakhir, NYPL dan Perpustakaan Umum Brooklyn berusaha mengatasi masalah kekurangan dana dengan menjual sejumlah cabang di daerah yang bernilai jual tinggi, lalu menggantinya dengan perpustakaan yang lebih kecil.

Justin Davidson, kritikus arsitektur di New York, misalnya, menyebut perpustakaan baru di 53rd Street tersebut sebagai ruang bawah tanah yang ramping tetapi menyusut.

Menurut dia, perpustakaan itu bisa saja memiliki banyak elemen cerdas, tetapi kurang cahaya dan ruang bagi pendahulunya.

Beberapa tahun setelah penjualan perpustakaan di 53rd Street, NYPL pun mempertimbangkan penjualan lain di Mid-Manhattan, yang diharapkan akan membantu pendanaan renovasi cabang utama di Fifth Avenue.

Namun, dalam menghadapi pertentangan kuat dari masyarakat, NYPL memilih untuk merenovasinya.

Ruang yang terbuka bagi publik untuk kali pertama seharusnya merupakan ruang yang bisa menyesuaikan dengan perubahan teknologi di masa depan, yaitu teras di atap, satu-satunya bagian yang bebas di Midtown.[diambil dari : Dunia Perpustakaan ]

buku-islam-dibakar

Di Negara ini Ribuan Buku Islam dan Biografi Muhammad Dibakar!

Di beberapa negara, kasus pembakaran buku ditentang dan dianggap sebagai penghinaan atas karya tulis seseorang. Namun terkadang masih ada ditemukan beberapa pihak yang masih melakukan pembakaran buku.

Termasuk yang baru-baru ini terjadi yaitu pembakaran buku yang terjadi di negara Libya. Lebih menghebohkan dan membuat kontroversi, buku yang dibakar salah satunya berisi tentang buku-buku tentang islam dan biography Nabi Muhammaad S.A.W.

Dikutip dari CNNIndonesia.com [20/6/2017], pembakaran buku bukan hanya dilakukan oleh Jerman di zaman Nazi. Baru-baru ini, pasukan yang pro terhadap Jenderal Khalifa Haftar di Libya juga membakar ribuan buku.

Pembakaran buku itu didokumentasikan dalam video dan diunggah ke Facebook. Pasukan berseragam menumpuk buku menjadi timbunan yang ditutup kertas, lalu membakarnya.

Lebih dari enam ribu buku yang dibakar, dan dilaporkan salah satunya adalah biografi Nabi Muhammad. Pembakaran dilakukan di kota di sebelah timur Benghazi, Sabtu (17/6) lalu.

Pembakaran dilakukan bukan tanpa alasan. Pasukan polisi menyebut buku-buku yang dibakar diduga mempromosikan ISIS. Mereka menyebut buku-buku itu mengandung ajaran kekerasan dan konsep persaudaraan dalam Muslim, hal yang dilarang di Uni Emirat Arab dan Mesir.

Di Libya yang dikuasai Haftar, konsep persaudaraan Muslim sama dengan kelompok terorisme. Padahal buku-buku itu merupakan karya tulis yang memuat sejarah Islam.

Bukan hanya sejarah Islam dan biografi Nabi Muhammad. Buku karangan novelis pemenang Nobel asal Mesir, Naguib Mahfouz juga termasuk yang dibakar. Demikian pula buku berisi pemikiran filsuf Jerman, Friedrich Nietzsche yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab[sumber dari Dunia Perpustakaan ] klik videonya disini -> klik

paket-buku-gratis-660x330

Syarat dan Cara Kirim Buku Gratis dari Kantor Pos

Pemerintah benar-benar membuktikan janjinya beberapa saat yang lalu, untuk menggratiskan ongkos kirim buku di seluruh Indonesia melalui kantor pos.

Hal tersebut dilakukan untuk mendukung gerakan budaya baca di Indonesia.

Mungkin memang masih banyak kendala dan masalah yang membutuhkan solusi atas kondisi rendahnya minat baca.

Namun setidaknya, salah satu masalah yang satu ini sudah selesai, yaitu terkait mahalnya buku karena ongkos kirimnya yang mahal.

Caranya yaitu dengan mengirimkan paketan buku melalui kantor pos.

Bagaimana syarat dan caranya?

Berikut ini merupakan Syarat dan Cara Kirim Buku Gratis dari Kantor Pos, dikutip dari akun resmi duta baca Najwa Shihab melalui akun instagramnya.

Berikut ini merupakan bunyi status dan seruan Najwa Shihab,

Teman-teman, yuk ramai-ramai meluncur ke Kantor Pos terdekat di hari Sabtu, 17 JUNI 2017. Hari yang ditunggu karena ada program pengiriman buku tanpa dikenakan biaya sepeserpun alias GRATIS.

Syarat dan Cara Kirim Buku Gratis dari Kantor Pos

  1. Berat per paket maksimal 10 kg. Bisa kirim lebih dari satu paket buku.
  2. Mencantumkan kata sandi BERGERAK

Pengiriman buku gratis untuk gerakan literasi dilaksanakan oleh PT Pos Indonesia (Persero) setiap bulan pada tanggal 17.

Masih ada waktu mengumpulkan buku untuk dikirim.

Untuk informasi alamat pengiriman donasi buku, berikut ini adalahdaftar keseluruhan alamat jaringan Pustaka Bergerak di seluruh Indonesia (sumber : Tweeter Najwa Sihab)