pustaka-taman-fatahillah

Perpustakaan Taman Fatahillah, Kecil-Kecil Besar Manfaat

Kota Tua Jakarta sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, dan selalu ramai dikunjungi oleh semua kalangan. Selain menyediakan tempat-tempat bersejarah, Kota Tua juga memiliki tempat foto-foto yang unik dan menarik. Namun, ada satu tempat yang mungkin belum banyak diketahui oleh orang banyak, yaitu Perpustakaan Taman Fatahillah.

Perpustakaan yang beratapkan tenda putih ini terletak di samping Museum Wayang, Kota Tua Jakarta. Walaupun kecil, tidak seluas perpustakaan biasanya, tempat ini juga ramai dikunjungi oleh masyarakat. Koleksi buku yang tersedia antara lain tentang sejarah Kota Tua Jakarta, Ensiklopedia Jakarta, dan juga beberapa novel.

Perpustakaan Taman Fatahillah buka di hari Sabtu, Minggu dan Libur Nasional mulai pukul 09.00-17.00 WIB. Seperti pada umumnya, perpustakaan ini juga memberlakukan beberapa peraturan, yaitu dilarang makan dan minum, dilarang membuang sampah sembarangan, dan dilarang membawa pulang buku-buku yang disediakan.

Hadirnya perpustakaan ini, ditanggapi pendapat positif oleh masyarakat, “Saya sangat senang, ternyata di tengah kota seperti ini masih ada orang yang mendirikan perpustakaan kecil, meski koleksi bukunya belum terlalu banyak,” ujar Neneng salah satu pengunjung.

Dengan begitu, terbukti bahwa sesuatu yang kecil tidak selalu bernilai kecil, namun adakalanya memiliki manfaat yang besar.

Penulis :

Ade rahma unzila

Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta (http://m.forum.liputan6.com)

telkom

Telkom University Bangun Perpustakaan Keren Berkonsep Green Futuristic

Bandung – Berkomitmen mencerdaskan anak bangsa. Semangat itulah yang digulirkan Telkom University untuk menyajikan perpustakaan berpenampilan keren di area kampusnya. Pembangunan pusat pengetahuan bernama ‘Open Library‘ ini didukung teknologi informasi digital dan fasilitas moderen.

Rektor Telkom University Mochamad Ashari mengatakan pintu perpustakaan tersebut dibuka lebar-lebar untuk masyarakat umum. Sarana berstandar internasional ini beroperasi selama enam hari dalam seminggu.

“Perpustakaan Telkom University ini berbeda dengan lainnya, ya karena kami buka untuk umum. Open Library, jadi semua orang bisa akses. Kami membuka diri untuk mencerdaskan anak-anak bangsa,” ujar Ashari sewaktu memberikan sambutan acara The Grand Launching of Telkom University Open Library di aula Manterawu Telkom University, Jalan Telekomunikasi, kawasan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (22/2/2017).

Ashari menjelaskan, perpustakaan merupakan jantung dari sebuah institusi pendidikan. Perpustakaan juga, sambung dia, merupakan pusat kegiatan dan logistik bagi perguruan tinggi.

Menurut dia, sebenarnya fasilitas perpustakaan sudah sejak lama eksis, namun kini pindah ke gedung Manterawu lantai 5 di area kampus Telkom University dengan nuansa dan layanan baru. “Telkom University Library yang mengambil konsep green futuristic ialah perpustakaan moderen yang dalam hal desain atau isinya diperuntukkan memenuhi kebutuhan mahasiswa ataupun masyarakat. Serta mengantisipasi kemajuan teknologi atau sistem pendidikan di masa depan,” kata Ashari.

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muh. Syarif Bando mengapresiasi dibangunnya Telkom University Open Library. “Saya bangga dan senang. Ini untuk mencerdaskan anak bangsa,” kata Syarif dalam sambutannya.

Guna memudahkan pengoperasiannya, perpustakaan ini didukung oleh sistem informasi yang terintegrasi yang dapat mengolah dan mengelola berbagai koleksi pengetahuan serta layanan Open Library. “Ini komitmen kami untuk meyediakan fasilitas kepada mahasiswa, doses dan staff, serta masyarakat umum. Perpustakaan ini bagian tugas mencerdaskan anak bangsa,” tutur Ashari.

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muh.Syarif Bando menyebutkan perpustakan moderen seperti ini menandai suatu peradaban dunia yang akan memberikan sumbangsih besar yang bukan bagi internal Telkom University saja tapi untuk semua bangsa Indonesia. Konsep Open Library ala Telkom University menjadi role model pembangunan perpustakaan di Indonesia.

“Telkom University menjadi pusat bagaimana membangun perspustakaan moderen di Indonesia,” ucap Syarif.(https://news.detik.com)

taman-baca

Kemdikbud Segera Kirim 158 Judul Buku ke Para Pegiat Literasi

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy siap mengirimkan 158 judul buku kepada para pegiat literasi.

“Ada 158 judul yang siap didistribusikan ke seluruh Indonesia,” kata Muhadjir di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (2/5/2017).

Muhadjir mengatakan, buku-buku ini bertema cerita nusantara. Cerita ini diharapkan dapat menambah pengetahuan setiap siswa akan mengetahui kebudayaan di daerah lain.

“Cerita yang digali dari khazanah cerita rakyat dari seluruh Indonesia yang sudah diklasifikasi ada bacaan untuk SD-SMA/SMK, artinya bacaan orang dewasa, dan itu sudah kita seleksi,” jelas Muhadjir.

Setiap titik keberadaan pegiat minat baca akan dikirim 10.000 buku. Nantinya, beberapa pegiat yang akan membagikan buku-buku itu ke pegiat lain untuk kemudian didistribusikan kepada masyarakat.

Buku-buku bertema cerita nusantara ini nantinya diharapkan dapat membangkitkan semangat membaca dan menambah rasa kebinekaan anak.

“Misalnya ya kalau anak di Papua membaca cerita dari Tapanuli, ohh di sana ada Indonesia yang punya cerita lain dan khas,” ucap dia.

Saat ini ada lebih dari 1.000 pegiat minat baca yang tersebar di Indonesia. Selain itu, ada lebih dari 6.000 taman bacaan masyarakat yang dihidupkan para pegiat ( Liputan6.com, Jakarta )

rajana-k_1

Minat Baca Rendah, Kalteng Butuh Perpustakaan

Hingga saat ini minat baca masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Orang-orang lebih cenderung melihat atau menonton ketimbang membaca.

Sejumlah faktor menjadi sebab kenapa tingkat minat membaca masyarakat Indonesia tergolong rendah. Salah satunya budaya masyarakat Indonesia yang didominasi budaya lisan atau verbal.

Masalah minat baca yang rendah juga dijumpai di Kalimantan Tengah. Untuk itu pemerintah setempat berusaha keras meningkatkan budaya baca warganya

Asisten Bidang Pemerintahan Pemprov Kalimantan Tengah, Yuel Tanggara, mengatakan masalah yang dihadapi Kalteng dalam menumbuhkan minat baca, antara lain karena masih terbatasnya jumlah dan jenis perpustakaan serta masih kurangnya koleksi digital.

“Karena itu kami melakukan sejumlah terobosan baru untuk meningkatkan minat baca masyarakat Kalteng,” ujar Yuel saat acara ‘Safari Gemar Membaca Kalteng’, di Palangkaraya, Kalteng, Senin (15/5/2017).

Kepala Biro Hukum dan Kebijakan Perpustakaan Nasional, Joko Santoso, menjelaskan masih rendahnya minat baca ini bisa dilihat berdasarkan peringkat literasi yang dilakukan oleh sebuah universitas di Amerika. Hasilnya menunjukkan tingkat literasi Indonesia berada di posisi 60 dari 61 negara yang disurvei.

Kemudian berdasarkan survei yang dilakukan Asosiasi pengguna jasa Internet Indonesia, pengguna akses internet masyarakat Indonesia 132 juta jiwa pada tahun 2016 lalu. “Namun sayang penyebaranya tak merata, kebanyakan di wilayah barat,” ujar dia.

Terkait pengguna internet, walau terbilang banyak namun penggunaannya masih kurang produktif. Hal itu terlihat dari internet yang digunakan untuk media sosial jumlahnya mencapai 64 persen.

Kemudian untuk komersialisasi email mencapai 44 persennya untuk main game, 38 persen untuk mencari informasi, dan 15 persen untuk komersil atau transaksi (Liputan6.com, Palangkaraya)