Era transformasi digital ini, teknologi informasi dan komunikasi mengambil andil yang signifikan dalam keberlangsungan kehidupan manusia, begitu pula yang tengah menjadi target pengembangan Unit Pengembangan Terpadu Perpustakaan yang bertransformasi dari segala berwujud buku yang hanya bisa diakses secara offline, menuju ke zaman sekarang yang segalanya . Perpusnas menggunakan TIK sebagai pendorong untuk memberikan layanan terbaik dan saling bersinergi kepada seluruh perpustakan mitra dan seluruh rakyat Indonesia.
Untuk mendorong pemanfaatan jejaring tersebut, Perpusnas menyelenggarakan Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI), merupakan kegiatan nasional sinergis untuk saling berbagi pengetahuan yang diselenggarakan secara berkesinambungan oleh Perpusnas bekerjasama dengan perpustakaan pembina daerah dan perpustakaan perguruan tinggi dalam rangka meningkatkan wawasan dan kompetensi pengelola perpustakaan di seluruh tanah air terkait perkembangan penerapan TIK dan teknologi digital di dunia perpustakaan.
Hal ini turut mendukung Kebijakan Pembangunan Bidang Perpustakaan di Indonesia yang telah masuk dalam arus utama Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, melalui Prioritas Nasional Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan, yang diturunkan dalam Program Prioritas Meningkatkan Literasi, Inovasi dan Kreativitas, yang meliputi : (a) Peningkatan Budaya Literasi dan (b) Penguatan Institusi Sosial Penggerak Literasi dan Inovasi.
Tanggal 9-11 Agustus 2022, KPDI kembali digelar yang ke-13 yang bertempat di Hall The Sunan Hotel, Jl. A. Yani No 40, Kerte, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI bekerja sama dengan Forum Perpustakaan Digital Indonesia (FPDI) dan Universitas Sebelas Maret (UNS). KPDI kali ini mengangkat tema “Revitalisasi Perpustakaan Digital dalam Percepatan Transformasi Pengetahuan Untuk Masyarakat Sejahtera”.
Kegiatan pertemuan ini juga dimaksudkan untuk memberikan kesadaran (awareness) akan pentingnya beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi dan digital, agar perpustakaan dapat tetap eksis dari waktu ke waktu. Melalui KPDI ada dua harapan utama, yakni mendorong kreativitas dan inovasi kepada penyelenggara perpustakaan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan pelayanan perpustakaan dan mendukung terwujudnya Tagline Perpustakaan Nasional Tahun 2022 yaitu “Transformasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional”. Transformasi ekonomi berbasis digital adalah salah satu fokus pemerintah seperti yang disampaikan oleh Bapak Presiden Joko Widodo pada Opening Ceremony Presidency G20. Dengan tagline diatas diharapkan semua perpustakaan di Indonesia dapat mensinergikan diri untuk mendukung transformasi ekonomi untuk pemulihan ekonomi nasional.
Antusiasme para peserta KPDI kali ini terlihat sangat kompak, mengingat materi yang diberikan juga sangat menarik dan beragam dalam berinovasi di dunia digital era ini. Riris Marpaung, S.S., M.Hum., selaku CEO and Founder of GameChanger Studio & Gundu Productions juga turut serta memaparkan layanan inovatif di Perpustakaan, melalui pembelajaran jadi lebih seru dengan bermain game. 25 manfaat game diantaranya memberikan kemampuan dalam perencanaan, seperti halnya mengatur sumber daya yang ada dan menghitung logistik yang dibutuhkan sehingga proyeksi kedepan dapat ditentukan untuk mencapai target yang direncanakan. Selain itu, kemampuan multitasking pun akan didapatkan dalam bermain game, seperti memperhatikan banyak variabel yang terus berubah dan mengatur banyak tujuan/pencapaian secara bersamaan. Berpikir cepat, menganalisa dan membuat keputusan dengan cepat pun menjadi suatu benefit dari bermain game.
Dalam memastikan pemerataan layanan pendidikan Indonesia, maka peningkatan kualitas dan keterjangkauan pelayanan pendidikan di Desa perlu dilakukan. Pemerintah Desa bersama-sama dengan supra Desa dan masyarakat Desa harus memastikan ketersediaan dan keterjangkauan layanan pendidikan yang berkualitas bagi warga Desa, serta akses yang mudah bagi warga Desa terhadap layanan pendidikan.
Sumber-sumber pendapatan Desa serta potensi Desa dapat dimanfaatkan dalam rangka mendukung peningkatan kualitas dan keterjangkauan pelayanan pendidikan di Desa. Kepala Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan masyarakat Desa harus mampu bergotong royong dan beberkomitmen penuh untuk mengelola dan mendayagunakan sumberdaya pembangunan Desa, termasuk Dana Desa.
Upaya mewujudkan SDGs Desa ke-4: Pendidikan Desa Berkualitas dilakukan dengan cara melaksanakan Desa kegiatan Peduli Pendidikan yang dilakukan dengan cara mendorong Desa untuk berperan aktif memastikan semua warganya dapat mengakses layanan pendidikan, baik formal, non formal maupun informal yang berkualitas.
Desa peduli pendidikan sebagai salah satu tipologi desa, merupakan elemen penting yang bukan saja mendukung untuk meningkatkan kualitas pendidikan Desa, namun dapat pula berkontribusi terhadap SDGs Desa lainnya. Pengembangan Perpustakaan Desa (PD) atau Taman Baca Masyarakat (TBM) antara lain sebagai berikut :
- Peningkatan kualitas pengelolaan PD atau TBM, dengan cara:
- Melatih pengelola PD atau TBM;
- Pembelian buku-buku yang terkait dengan kebutuhan anak dan masyarakat;
- Menata ruangan agar nyaman;
- Membuat acara atau lomba secara rutin di PD atau TBM;
- Membuat komunitas PD atau TBM;
- Fasilitasi internet Desa secara gratis.
- Kerjasama PD atau TBM dengan Perpustakaan Sekolah. PD atau TBM perlu bekerjsama dengan perpustakaan-perpustakaan sekolah yang ada di Desa. Pengelola PD atau TBM dapat berbagi pengalaman dengan pengelola perpustakaan sekolah, termasuk meminta agar para siswa dapat mengakses perpustakaan Desa secara reguler.
- Mengundang narasumber dari supra desa
Untuk membuat PD atau TBM lebih menarik, pada waktu-waktu tertentu Desa perlu memanggil narasumber dari supra Desa, baik untuk membahas buku-buku tertentu yang ada di PD atau TBM atau kegiatan lainnya yang terkait dengan peningkatan minat baca dan tulis masyarakat.
- Fasilitasi Penulisan sejarah Desa
PD atau TBM dapat memfasilitasi penulisan sejarah Desa atau potensi dan kearifan lokal Desa sebagai upaya untuk menemukan dan mempertahankan nilai dan sejarah agar Desa agar hidup di masyarakat. Publikasi dan cetak dapat dilakukan di berbagai media, maupun elektronik.
Dari hasil penelitian Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca Perpustakaan Nasional, pada 2017 hingga 2020, masyarakat Indonesia rata-rata hanya menghabiskan waktu untuk membaca selama 2-4 jam per hari. Sementara, masyarakat di negara maju rata-rata menyempatkan diri untuk membaca selama 4-6 jam per hari. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi seluruh lapisan masyarakat terutama pemerintah dan juga lembaga yang bergerak di bidang pendidikan untuk menyediakan akses baca dan buku berkualitas hingga pelosok negeri.
Salah satu langkah untuk meningkatkan minat baca, selain mengubah pola sikap atau perilaku kita, juga harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Perpustakaan sebagai sarana “umum” yang menyediakan sumber bacaan bagi masyarakat dapat meningkatkan minat baca semua orang termasuk masyarakat di Desa. Semakin majunya teknologi yang tak terbendung, membuat perpustakaan perlu melakukan inovasi agar tetap diminati oleh masyarakat. Maka salah satu solusi untuk mengatasinya yaitu dengan bertransformasi menjadi perpustakaan berbasis digital.
Tranformasi Perpustakaan Desa ke Perpustakaan Desa Digital akan sangat bermanfaat untuk masyarakat Desa. Keuntungan dalam memiliki perpustakaan desa berbasis digital tidak hanya didasarkan semata-mata oleh adanya perpustakaan di desa saja, namun juga didasarkan oleh adanya perkembangan untuk mempelajari kemajuan teknologi oleh semua masyarakat desa.
Perpustakaan Desa Digital dapat terus menjadi sumber utama dalam peningkatan literasi masyarakat desa. Sehingga, dalam jangka panjangnya, tingkat indeks literasi penduduk desa meningkat, serta penduduk desa menjadi lebih cerdas. Perpustakaan Desa Digital dapat terus menjadi sumber utama dalam peningkatan literasi masyarakat desa. Sehingga, dalam jangka panjangnya, tingkat indeks literasi penduduk desa meningkat, serta penduduk desa menjadi lebih cerdas.
Perpustakaan Nasional RI menginginkan seluruh perpustakaan di Indonesia untuk dapat mengoptimalkan sinergitas dalam upaya :
- Meningkatkan konten digital dengan digitasi dan penambahan sumber dan bahan digital;
- Memperkuat akses layanan digital dalam meningkatkan keterjangkauan;
- Menguatkan layanan digital inklusif untuk difable;
- Mendorong kewirausahaan digital dengan memanfaatkan sumber pengetahuan dan kearifan lokal;
- Mendorong penumbuhan penerbitan digital sebagai bagian ekosistem digital;
- Mengusahakan literasi digital masuk dalam kurikulum pendidikan dasar, menengah dan tinggi sebagai kecakapan dasar.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia unggul (SDM) yang memiliki kemampuan adaptasi teknologi sangat dibutuhkan guna mendukung pelaksanaan transformasi ekonomi berbasis digital. Di sinilah perpustakaan berperan dalam meningkatkan kemampuan literasi SDM melalui transformasi perpustakaan untuk mewujudkan ekosistem digital nasional.
Gerakan literasi itu pun tidak boleh hanya berkutat pada urusan membaca dan menulis. Namun, bagi kita, literasi mempunyai lima tingkatan. Selain kemampuan baca, tulis, dan hitung, gerakan literasi harus menyediakan akses terhadap bahan bacaan yang semakin luas. Dan yang lebih penting lagi bahwa tingkatan lebih tinggi dari literasi adalah mencapai tahap memahami semua yang tersirat dan tersurat. Level berikutnya adalah bisa melakukan inovasi pada produk yang sudah ada. Tiba pada level puncak, yaitu literasi mampu membawa masyarakat sampai pada tingkatan bisa menciptakan barang dan jasa secara mandiri, untuk meningkatkan daya saing global.
Disitulah peran kita, yaitu memfasilitasi masyarakat mencapai puncak tingkatan literasi tersebut, menjalankan misi literasi digital. Salah satunya, mengumpulkan konten digital yang bisa dipelajari masyarakat untuk berinovasi atau berkarya.