img_3402

PROMOSI PERPUSTAKAAN UNHAN RI DI LINGKUNGAN YAYASAN REGINA CAELI

PROMOSI PERPUSTAKAAN UNHAN RI DI LINGKUNGAN

YAYASAN REGINA CAELI

oleh

Tim Website Perpustakaan Unhan RI

Februari 2022

Yayasan Bina Muda Regina (YBMR). YBMR berkedudukan di Perumahan Metland Transyogi, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Didirikan atas kerjasama antara tim Regina Caeli Edu Cansulting yang sudah berpengalaman menyelenggarakan sekolah-sekolah sebelumnya dan yang memegang perangkat lunak penyelenggaraan pendidikan pra sekolah sampai pendidikan menengah umum dengan tim pendukung investasi fisik pendidikan. Berdirinya YBMR dikukuhkan dengan Akta Pendirian Yayasan nomor 08 tanggal 23 Maret 2009, sebagaimana telah diperpanjang dengan Akta Notaris Nomor 01 tanggal 09 November 2016, yang tercatat dalam lembaran negara berdasarkan SK Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU – 922.AH.01.04.Tahun 2011 dengan nama Yayasan Bina Muda Regina. Rancang bangun Sekolah yang didirikan dan yang sekarang serta seterusnya berlangsung adalah sekolah nasional plus multi agama dan latar belakang, dengan kurikululum global untuk Bahasa Inggris, Matematika, dan Sains.

Alamat : Metland Transyogi, Jl. Trans Yogie km.1, Cileungsi, Cileungsi Kidul, Kec. Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16820

Telepon: (021) 82490100

Kehadiran Sekolah Regina Caeli adalah sebuah upaya membebaskan dunia dari berbagai kemerosotan nilai kehidupan umumnya dan mempersiapkan generasi muda khususnya menuju terbentuknya pribadi pemimpin yang mampu menjadi agen pembaharu dunia dimasa yang akan datang.

Seiring semakin menurunnya tatanan nilai kehidupan manusia, semakin tumpulnya hati nurani, semakin kuatnya tantangan pembangunan moralitas, semakin rusaknya alam lingkungan, serta semakin ketatnya persaingan hidup karena dampak kepadatan dan persaingan global, maka Sekolah Regina Caeli merupakan perwujudan panggilan hati nurani untuk membantu mengantar generasi muda ke gerbang kehidupan yang lebih baik dengan mengedepankan nilai-nilai humanisme universal yang berakar pada budaya bangsa, diperkokoh dengan pengembangan iman dan ketaqwaan sesuai ajaran agama masing-masing subjek didik, melalui pelayanan pendidikan yang sejati dan aman. Kesejatian dan keamanan pendidikan menjadi inspirasi utama penyelenggaraan pendidikan Regina Caeli karena di tengah dunia yang serba tak menentu dewasa ini, generasi muda senantiasa dihadapkan pada berbagai pilihan nilai yang menyesatkan (tidak aman) di satu pihak dan kehilangan pegangan di pihak lain karena pengaruh kapitalisme global yang ikut merasuk ke dalam dunia pendidikan yang seharusnya merupakan pembebasan manusia (pendidikan sejati).

Dalam semangat pendidikan yang hakiki, Sekolah Regina Caeli adalah tempat persemaian sejati bagi generasi muda untuk menjadi pembaharu dunia yang lebih bermartabat. Rumusan visi diteruskan masing-masing jenjang dengan penekanan pada persiapan peserta didik untuk siap bertumbuh dan berkembang pada jenjang belajar berikutnya (dari TK ke SD, SD ke SMP, dan SMP ke SMA, serta menuju pilihan perguruan tinggi impian bagi lulusan SMA).

Regina Caeli mengembangkan diri menjadi sekolah pilihan utama bagi umat lintas agama dan lintas latar belakang sosial-ekonomi di sekitarnya dengan:

a. Mengupayakan keunggulan spiritual (soul) melalui pengembangan kehidupan rohani (spiritual quotient) sesuai agama yang dianut setiap peserta didik kami ⇒ sanctitas

b. Mengupayakan keunggulan hati (heart) melalui pengembangan kecerdasan emosi (emotional quotient) dan kecerdasan sosial (social quotient) setiap peserta didik kami ⇒ sociabile

c. Mengupayakan keunggulan pikiran (mind) melalui pengembangan kecerdasan intelektual (intelectual quotient) setiap peserta didik kami ⇒ scientia

d. Mengupayakan keunggulan jasmani (body) melalui pengembangan kesehatan dan kebugaran fisik dan kinestetik setiap peserta didik kami ⇒ sanitas

Melihat latar belakang dan konsep pendidikan yang modern di Yayasan Regina Caeli, Kepala Perpustakaan Unhan RI Kolonel Chb (K) Dr. Sri Sundarai SE., MM tergerak untuk mengadakan kunjungan kerja dalam rangka promosi perpustakaan sebagaimana amanat Undang undang Nomor 43 Tahun 2017 tentang Perpustakaan. didampingi beberapa staf sekaligus memberikan sumbangan bahan koleksi untuk menambah bahan koleksi perpustakaan di Yayasan Regina Caeli

Lebih jauh sambutan dari Ketua Yayasan Regina Caeli Dr. Agustinus Priyowidodo, S.Pd. MM (Ketua Yayasan Bidang SDM dan Hum Prom, dan Kepala SMP Regina Caeli) didampingi oleh beberapa staf yayasan, menyambut baik kehadiran rombongan dari Perpustakaan Unhan RI mengharapkan pencerahannya terkait perkembangan budaya literasi membaca bagi seluruh siswa didiknya di lingkungan yayasan Regina Caeli, yang menurutnya masih sangat kurang peserta didiknya dalam hal minat lietrasi budaya baca, apalagi hadapkan saat ini dengan kondisi pandemic dengan sistem pembelajaran secara daring (PPKM).

Dalam sambutannya Kepala perpustakaan Unhan RI menyampaikan penekanan perlunya minat baca di sekolah lebih ditingkatkan bahkan kalau perlu masuk dalam kurikulum pendidikan.

Banyak orang yang belum memahami pentingnya budaya literasi itu sangatlah penting, sehingga wajar saja dan menjadi nyata Indonesia tergolong negara yang budaya literasi-nya rendah.

Di kawasan ASEAN saja, posisi budaya literasi Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Sebagai negara dengan penduduk terbanyak ke-5 di dunia, masayarakat Indonesia dianggap tidak gemar membaca, menulis, berhitung ataupun berkreasi yang menjadi ciri kuatnya tingkat budaya literasi suatu bangsa.

Terkadang suka bingung, persoalan budaya literasi di Indonesia itu harusnya dimulai dari mana. Taman bacaan atau perpustakaan yang harus diperbanyak. Atau akses buku bacaan yang harus diperluas. Sementara gerakan literasi nasioanl (GLN) sudah dicanangkan. Bahkan seminar dan diskusi akan pentingnya budaya literasi digelar di mana-mana. Jadi, bagaimana harusnya bangsa Indonesia memulia budaya literasi pada masyarakatanya, atau dimulai dari keluarga.

Jika mau jujur, rendahnya budaya literasi masyarakat itu memprihatinkan. Karena tidak akan ada negara yang kompetitif di dunia ini bila tidak didukung budaya literasi yang berkualitas. Maka mau tidak mau, tradisi baca dan budaya literasi masyarakat sangat penting untuk dibangkitkan. Oleh siapapun dan hingga kapanpun.

Karena setidaknya, ada 6 (enam) dampak fundamental dari rendahnya budaya literasi masyarakat, yaitu:

1. Tingginya angka putus sekolah. Karena tanpa budaya literasi yang kita maka kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan menjadi lemah, terlalu mudah untuk berhenti sekolah akibat ketidak-mampuan ekonomi.

2. Merebaknya kebodohan yang tidak berujung. Karena rendahnya budaya literasi menjadi sebab ketidak-tahuan di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sehingga sulit menjadikan masyarakat untuk sadar dan paham tentang peradaban.

3. Meluasnya kemiskinan. Karena budaya literasi rendah menjadi sebab rendahnya kompetensi dan lemahnya akses ekonomi. Kemiskinan akan terus-menerus merongrong dan kian sulit dipecahkan.

4. Meningginya angka kriminalitas. Tindakan kriminal atau kejahatan menjadi konsekuensi logis dari pendidikan yang rendah dan kemiskinan yang tidak berujung. Sehingga norma dan nilai kehidupan pun diabaikan.

5. Rendahnya produktivitas kerja. Karena tanpa dukungan budaya literasi yang memadai maka ilmu pengetahuan gagal diubah menjadi kreativitas yang produktif. Sehingga gagal mengoptimalkan potensi diri yang dimilik.

6. Rentannya sikap bijak dalam menyikapi informasi. Akibatnya hoaks dan ujaran kebencian mendominasi kehiduoan dan media sosial. Hanya budaya literasi yang rendah pada akhirnya membuat sulit menyeleksi informasi benar atau tidak benar.

Itulah dampak paling signifikan dari rendahnya budaya literasi masyarakat suatu bangsa. Tentu, masih ada lagi dampak lainnya akibat budaya literasi yang rendah. Maka sekali lagi, sudah saatny pemerintah dan masyarakat menyadari akan pentingnya “menghidupkan gairah” budaya literasi di masyarakat.

“Bangsa Indonesia sulit berkompetisi di Asia bahkan dunia. Bila tradisi baca dan budaya literasi masyarakat masih rendah. Maka gerakan literasi dimanapun harus memahami 6 dampak fundamental dari rendahnya budaya literasi masyarakat. Budaya literasi tidak cukup hanya diseminarkan. Tapi terjun langsung ke lapangan dan realisasikan dalam perbuatan nyata serta kepeduliaan orang tua sebagai ujung tombak dalam pengawasan dalam keluarga” ujar pustakawan Ahli Muda Unhan RI.

Maka sebagai solusinya disarankan kepada pembina pengasuh Yayasan Regina Caeli untuk membuata Nota Kesepahamaan MoU dengan Perpusnas RI sekaligus mengadakan perjanjian Kerja Sama (PKS) juga agar seluruh peserta didik diberikan tugas untuk membuat Kartu Anggota Perpustakaan Nasional RI yang dilaksanakan secara Online sehingga dapat memberikan tugas melalui layanan yang sudah tersedia di Perpusnas RI dan mengikutsertakan Pembinanya untuk mengikuti yang diselenggarakan oleh Perpusnas RI. dengan menggunakan akses kartu anggota Sekolah, budaya literasi harus didekatkan kepada peserta didik yang menjadi target. Bahkan kalu perlu Masyarakat yang daerahnya prasejahtera atau tingkat pendidikan rata-ratanya rendah. Budaya literasi harus mampu menerobos seluruh lapisan masyarakat. Dan harus ada program konkret untuk menggerakkan perilaku membaca dan budaya literasi di peserta didik.

Patut diketahui, budaya literasi bukanlah sebatas kegiatan membaca atau melek huruf. Tapi lebih dari itu, budaya literasipun mencakup kesadaran akan pemahaman terhadap realitas kehidupan, Untuk lebih berorientasi pada solusi bukan hanya sensasi. Karena masyarakat yang literat adalah masyarakat yang mampu memecahkan masalah, menumbuhkan daya kreatif. Sehingga mampu mengangkat daya saing sebagai individual maupun organisasi. Maka, budaya literasi harusnya dijadikan gaya hidup orang Indonesia. Bukan gaya hidup konsumtif atau hedonisme.

Budaya literasi menjadi salah satu budaya yang penting bagi sebuah negara. Itu karena budaya tersebut mampu mempengaruhi kecerdasan serta kesejahteraan hidup suatu negara. Mengutip buku Literasi di Sekolah, dari Teori ke Praktik karya Ni Nyoman Padmadewi dan Luh Putu Artini (2018:8), literasi dapat diartikan sebagai keberaksaraan, yakni kemampuan menulis dan membaca atau mengkonstruksi makna lewat baca tulis.

Mengutip Jurnal Pengaruh Budaya Literasi dalam Mengembangkan Kecerdasan Kewarganegaraan tulisan Dinda Nurul Aini (2018), tingkat literasi dapat mempengaruhi personal, moral, dan kecerdasan seseorang.

Masyarakat yang cerdas memiliki peran penting untuk suatu negara, di antaranya meningkatkan peradaban yang lebih modern, mengangkat martabat bangsa, dan menjadikan negara sebagai bangsa kompetitif secara global. Sebaliknya, masyarakat dengan tingkat literasi rendah justru dapat menurunkan kualitas hidup, sosial, dan ekonomi suatu negara.

Budaya Literasi di Indonesia

Mengutip buku Indeks Aktivitas Membaca 34 Provinsi tulisan Kemdikbud (2019:79), data pada 2019 menunjukkan bahwa indeks Alibaca atau aktivitas literasi membaca tingkat nasional Indonesia masih tergolong rendah.

Sementara itu dalam tingkat provinsi, 9 provinsi tergolong rendah dan 1 provinsi sangat rendah. Artinya, kemampuan literasi Indonesia secara nasional dan internasional tak begitu tinggi. Mengutip situs resmi Kominfo, riset World’s Most Literate Nations Ranked pada 2016 juga menjelaskan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Indonesia berada di bawah Botswana (61) dan Thailand (59).

Bagaimana Upaya Meningkatkan Budaya Literasi di Indonesia

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan budaya literasi di Tanah Air, antara lain adalah:

Pemerintah

  • Meningkatkan bahan-bahan literasi di masyarakat atau sekolah.
  • Membiasakan budaya membaca di sekolah melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
  • Memaksimalkan pemerataan jaringan internet ke daerah pelosok.
  • Memperhatikan daerah dengan indeks literasi membaca yang paling rendah.

Swasta atau Dunia Usaha

  • Mendukung pemenuhan akses bahan-bahan literasi lewat dana tanggung jawab sosial perusahaan dengan membangun perpustakaan sekolah, umum, dan komunitas.
  • Menambahkan koleksi buku dan sarana literasi di perpustakaan umum, sekolah, atau komunitas.

Masyarakat

  • Menyelenggarakan aktivitas membaca rutin di tingkat keluarga.
  • Membuat perpustakaan mini di rumah.
  • Mendukung keberadaan komunitas literasi di lingkungan sekitar.

Dalam mengakhiri kunjungannya sebagai upaya mendukung budaya literasi gemar membaca, Kepala UPT Perpustakaan Unhan RI memberikan bantuan berupa bahan pustaka kepada Yayasan Regina Caeli sebagai wujud nyata Promosi Perpustakaan dalam mendukung kegiatan gemar membaca dan budaya literasi.

Tim Website Perpustakaan Unhan RI

Februari 2022